ALIRAN PSIKOLOGI YANG MENDASARI TEORI BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pengajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar dan belajar, di dalamnya terdapat dua subjek yang saling terlibat, yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam melaksanakn setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien.[1]
Teori belajar selalu bertolak belakang dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bebarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Justru dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu: psikologi Behaviorisme, Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis.
Keempat aliran psikologi pendidikan tersebut tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar.[2]
Dengan latar belakang tersebut,maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang “Aliran Psikologi yang Mendasari Teori Belajar”.

  1.  Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana aliran behaviorisme dan cirri-ciri yang dimiilikinya?
2.      Bagaimana aliran kognitif dan cirri-ciri yang dimiilikinya?
3.      Bagaimana aliran humanism dan cirri-ciri yang dimiilikinya?
4.      Bagaimana aliran psikoanalisis dan cirri-ciri yang dimiilikinya?
  1. Tujuan Pembuatan Makalah
Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui aliran-aliran apa saja yang mendasari teori belajar.
2.      Untuk mengetahui bagaimana maksud aliran Behaviorisme, Kognitif, humanism, dan Psikoanalisis.
3.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh serta cirri-ciri masing-masing aliran yang mendasari teori belajar.
  1. Manfaat Makalah
Berdasarkan tujuan diatas, nantinya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang aliran yang mendasari teori belajar.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi Guru
Makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi guru sebagai salah satu sumber informasi dan bahan acuan dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
b.      Bagi Siswa
Untuk memberi wawasan kepada peserta didik mengenai aliran yang mendasari teori belajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan akhirnya memiliki tingkat keberhasilan belajar yang baik.
c.       Bagi penulis
Sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang aliran yang mendasari teori belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
“ALIRAN YANG MENDASARI TEORI BELAJAR”
Memasuki  abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimantal tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperiman itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas dari pada binatang.
Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gredler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi (a) teori belajar Behavioritik (b) teori belajar kognitif (c) teori belajar humanistic (d) teori belajar psikoanalisis. Keempat aliran belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, yakni aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dari pada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses”  belajar. Aliran humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran Psikoanalisis menekankan pada “kejiwaan”.
Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu.
  1. Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.[3]
Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme:
1.      Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode introspeksi; dan menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat (observable behavior) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah.  
2.      Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta memperkecil arti dari proses-proses mental.
3.      Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku saja.[4]
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga Psokoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).[5]
Teori belajar psilologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement”) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tinkah laku tersebut.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar.[6] Tokoh-tokohnya antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura. Berdasarkan pengalaman penelotian masing-masing, yang berbeda satu sama lain, mereka menciptakan teori belajar yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan dalam prinsipnya, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena (semata-mata) lingkungan.
Ciri- ciri aliran Behaviorisme:
(1)   Mementingkan pengaruh lingkungan.
(2)   Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.
(3)   Mementingkan reaksi psikomotor.
(4)   Mementingkan sebab-sebab masa lampau.
(5)   Mementingkan pembentukan kebiasaan.
(6)   Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.
(7)   Mengutamakan “trial and error”.[7]
Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme antara lain:
1)      Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa.
2)      Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari unsure-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn, yang dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.
3)      Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.[8]
  1. Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang  gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).[9]
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan  stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.  Jadi, kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.[10]
Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura. Teori belajar mereka diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan masing-masing yamng tidak sama, tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:
(1)   Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia
(2)   Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
(3)   Meningkatkan peranan kognitif
(4)   Meningkatkan kondisi waktu sekarang
(5)   Meningkatkan pembentukan struktur kognitif
(6)   Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
(7)   Mengutamakan “insight” (pengertian).[11]
  1. Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.[12] Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi Humanistik antara lain:
a.       Suatu pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha melihat orang sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan manusia.
b.      Pendekatan psokologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat karakteristik yang membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-hewan lainnya. Para psikolog Humanistik terutama sekali menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang sosiatif dan konstrukstif.
c.       Pendekatan terhadap studi atas keberadaan manusia, yang menekankan masalah keseluruhan pribadi serta unsure-unsur pokok (konstituen-konstituen) imternal dan integrative dari totalitas aku pribadi seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan dan seterusnya.[13]   
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.[14]   
Dalam dunia pendidikan aliran humanistic muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 inipun juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak dan Clifford Foster, 1976, hlm.330).[15]
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistic mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom determination issue. Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh temannya.[16]
Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Frankle. Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam aliran psikologi humanism.
Ciri-ciri aliran humanisme:
(1)               Mementingkan manusia sebagai pribadi
(2)               Mementingkan kebulatan pribadi
(3)               Mementingkan peranan kognitif dan efektif
(4)               Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu
(5)               Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
(6)               Mengutamakan “insight”.[17]
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternative psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistic (Misiak dan Sexton,1988).[18]
Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran-psikoanalisis-melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada tahun 1958 Maslow menamakan psikologi humanistic sebagai “kekuatan yang ketiga”, disamping psikologi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.[19]
Ada empat cirri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu:
1)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2)      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3)      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4)      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.[20] 
  1. Psikoanalisis
Psikoanalisa adalah satu psiko terapi yang secara typis mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi. Kesulitan-kesulitan pasien ditafsirkan oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk berbuat sesuatu untuk meredakan atau menguranginya. Data yang diperoleh melalui prosedur psikoanalitis biasanya ditafsirkan sesuai dengan teori psikoanalitik. Teori aslinya yaitu dari Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada dalam sub kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah , aliran psikoanalisa, beberapa dari padanya berbeda dengan pendirian Freud dalam hal tidak terlalu menekankan motivasi seksual. Beberapa dari sekolah tersebut menekankan dasar-dasar social maupun biologis dari motivasi manusia.[21] 
Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien.
            Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memotifasi pemikiran ataupun perilaku.[22]
Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan.
Cirri-ciri aliran psikoanalisis:
(1)   Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.
(2)   Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
(3)   Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal.[23]
Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior:
1)      Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu.
2)      Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu siste kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.
3)      Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau Psikoanalis, secara kodrat biologis dan lingkungan.[24]

BAB III
ANALISIS
Makalah ini membahas tentang aliran yang mendasari teori belajar. Dimana makalah ini memaparkan bahwa, aliran yang mendasari teori belajar itu ada empat yakni aliran Behaviorisme, Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis.
Menurut Cronbach, dia mengemukakan dalam bukunya “Educational Psycology” dengan mengatakan bahwa belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami itu si pengajar menggunakan panca inderanya.[25]
Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas bahwa terdapat beberapa macam aliran yang mendasari teori belajar dan mempunyai cirri-ciri yang berbeda.
Aliran Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata.[26] Rumpun ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati.
Aliran Kognitif, dasarnya bahwa belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan sehingga, lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
Aliran Humanisme, lahir sebagai revolusi ketiga atau dikatakan sebagai madzhab ketiga Psikologi. Aliram Humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan behaviorisme dengan memasukkan aspek positif yang menentukan seperti cinta, kreativitas, nilai makna dan pertumbuhan pribadi. Psikologi Humanistik banyak mengambil penganut psikoanalisis Neofreudian. “Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan.
Abraham Maslow menyatakan “Studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psikologi yang lebih semesta”. (Frank Goble, 1993,34).
Aliran psikoanalisa, pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud. Dengan asumsi bahwa:
1)       Perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan dan konflik-konflik dari dalam, manusia memilikisedikit kesadarn dan kontrolatas kekuatan tersebut. Perilaku manusia menjadi lebih rasional bila diterima secara social.
2)      Libido seksual mengikuti hokum kekekalan energy.[27]


BAB IV
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memilikiakar sejarah yang cukup dalam.
2.      Ciri- ciri aliran Behaviorisme:
1)      Mementingkan pengaruh lingkungan.
2)      Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.
3)      Mementingkan reaksi psikomotor.
4)      Mementingkan sebab-sebab masa lampau.
5)      Mementingkan pembentukan kebiasaan.
6)      Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.
7)      Mengutamakan “trial and error”.
3.      Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura.
4.      Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang  gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Cirri-ciri aliran Kognitif adalah:
- Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia
- Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
- Meningkatkan peranan kognitif
- Meningkatkan kondisi waktu sekarang
- Meningkatkan pembentukan struktur kognitif
- Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
- Mengutamakan “insight” (pengertian).
6.      Tokoh-tokoh aliran kognitif antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura.
7.      Humanisme adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.
8.      Ciri-ciri aliran humanisme:
-          Mementingkan manusia sebagai pribadi
-          Mementingkan kebulatan pribadi
-          Mementingkan peranan kognitif dan efektif
-          Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu
-          Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
-          Mengutamakan “insight”
9.      Psikologi Humanisme tokoh-tokohnya seperti Carl Rogers dan Frankle. Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic.
10.  Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan. Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien.
11.  Cirri-ciri aliran psikoanalisis:
-          Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.
-          Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
-          Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal
12.   Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936).
  1. Saran-saran
 Berdasarkan  uraian makalah tersebut, maka penulis mengajukan saran:
1.      Agar para pendidik lebih memahami akan aliran-aliran yang mendasari teori belajar supaya mengetahui lebih lanjut akan aliran tersebut dan bisa menerapkannya dalam proses pembelajaran.
2.      Bagi peserta didik supaya belajar yang  sungguh-sungguh dan supaya  bisa membedakan antar setiap aliran yang mendasari teori belajar.
  1. Penutup
Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan Fadhilahnya makalah ini bias terselesaikan. Penulis telah berusaha semampu mungkin untuk menyempurnakan penyusunannya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, penulis tidak menafikan kemungkinan bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak yang telah membanyu terselesainya makalah ini.
Besar harapan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Jika tujuan ini tercapai maka semua itu adalah karunia Allah SWT yang diberikan kapada siapapun ynag Dia kehandaki. Allah SWT pemilik karunia yang agung. Kalau bukan karena-Nya, niscaya penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.
Semoga Allah SWT menjadikan amal sebagai persembahan yang ikhlas semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya. Semoga Allah mengilhamkan kebenaran pada ucapan kita, menjauhakn kita dari segala rintangan. Amin.    
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Saran dan kritik yang membangun bagi para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www. Andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-
     belajar.phtml.
Dalyono, M., Psikologi pendidikan, Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 2.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.
Gani, Abdul, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/
     46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir Jaya,2000.
Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.
Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 2.
Sari, Tanti Nur Indah, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”,  
     behavior.phtml.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998, Cet. 4.
Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-
     Belajar.phtml.
Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.
Walgito, Bimo, Pengantar psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004.




[1] Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www.andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar.
[2] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Cet.4, hlm. 122.
[3] Akhmad Sudrajat,  “Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-belajar.
[4] Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung:CV. Pionir Jaya,2000), hlm.45-46.
[5] Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id.
[6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2001), Cet.2, hlm. 30.
[7] Mustaqim, Ilmu JIwa Pendidikan, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 56.
[8] Abu Ahmad dan M. Umar, Psikologi Umum, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm. 27-28.
[9] Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3, hlm. 62.
[10] Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 127-128.
[11] Mustaqim, op.cit., hlm. 57.
[12] Kartini Kartono dan Dali Gulo, op.cit., hlm. 207.
[13] Ibid.
[14] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),Cet. 3, hlm. 13.
[15] Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 136.
[16] M. Dalyono, op.cit., hlm. 44.
[17] Mustaqim, op.cit., hlm. 58.
[18] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2004), Ed. IV., hlm. 78.
[19] Ibid., hlm. 79.
[20] Ibid., hlm. 80
[21] Kartini Kartono dan Dali Gulo, op.cit., hlm. 383
[22] Bimo Walgimo, op.cit., hlm. 76-77
[23] Mustaqim, op.cit., hlm. 59.
[24] Tantie Nur Indah Sari, “ Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”, http://www.t4nti.blog.com/2009/10/10/perbedaan-aliran-psikoanalisa-humanistik-dan-behavior.
[25] Andi, log. Cit.
[26] Bimo Walgito, op.cit., hlm. 66.
[27] Abdl Gani Hctcmba, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger.

1 comment for "ALIRAN PSIKOLOGI YANG MENDASARI TEORI BELAJAR"

  1. sangat bermanfaat
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fimamsolikin.wordpress.com
    My blog

    ReplyDelete