BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan
belajar Aqidah Akhlak terhadap perilaku siswa adalah salah satu kegiatan yang
harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar siswa tersebut tidak
terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas. Dengan demikian manfaat
belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat diperlukan untuk
membimbing dan membina siswa agar memahami dan mengetahui manfaat belajar
aqidah akhlak.
Manfaat
belajar pendidikan aqidah akhlak di madrasah merupakan bagian tersendiri dari
pendidikan. Agama merupakan factor yang menentukan prilaku/watak dan
kepribadian siswa sehingga siswa dapat memotifasi untuk mempraktekkan
nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam
kehidupan sehari-hari, agar anak mempunyai perilaku dengan baik. Anak didik
diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran aqidah akhlak
sebagai control dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Maka
dari itu,
dalam makalah ini penulis berusaha menela’ah materi Akidah Akhlak dari segi
penjelasannya apakah sudah sesuai atau belum untuk diajarkan di madrasah
aliyah.
B. Rumusan
Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalah yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah:
1.
Apakah
pengertian telaah penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah?
2. Bagaimana penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah?
3. Sejauh mana kesulitan dan kemudahan penjelasan materi Akidah
Akhlak Madrasah Aliyah?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan pada permasalahan yang
diajukan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari telaah penjelasan materi Akidak Akhlak Madrasah
Aliyah.
2. Untuk
mengetahui penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
3. Untuk
mengetahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan penjelasan
materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan di atas, nantinya
diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pemakalah maupun orang lain. Adapun
manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1. Manfaat
Teoritis
a. Dapat mengetahui tentang Telaah Penjelasan
Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
b. Menambah
khazanah ilmu
2. Manfaat
Praktis
a. Manfaat
untuk Mahasiswa
1) Mengetahui
tentang penjelasan materi Akidah Akhlak pada Madrasah Aliyah untuk
diaplikasikan.
2) Dengan
adanya telaah ini, agar mahasiswa atau calon pendidik dapat menjelaskan tentang
materi Akidah Akhlak dengan baik kepada peserta didikya kelak sebagai langkah
awal sebelum mempraktekkan.
b. Manfaat
untuk Guru
1) Dengan
adanya penjelasan mengenai telaah penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah
Aliyah akan memudahkan guru untuk memahami maksud dan tujuan dari menelaah
sehingga dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
2) Dengan
adanya penjelasan ini, akan memudahkan guru daam memberikan materi pada peserta
didik.
c. Manfaat untuk siswa
1) Siswa
dapat mengerti pentingnya menelaah untuk memahami suatu materi ajar.
2) Akan
memudahkan siswa dalam proses pemblajaran karena materi ajar telah dijelaskan
sedemikian rupa.
E. Penilaian Umum
Secara umum, Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan
keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Aqidah Akhlak memberikan pengajaran tentang tata nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan antara sesama manusia, mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian pelajaran Aqidah Akhlak merupakan pelajaran yang teoritis dan aplikatif. Pelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan, sedangkan pelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan. Jadi, tolok ukur keberhasilan siswa tidak dapat diukur dengan tinggi rendahnya taraf intelektual anak (aspek kognitif), melainkan hendaknya harus dilihat dari sisi bagaimana karakteristik yang terbentuk melalui pendidikan formalnya (aspek afektif dan psikomotorik).[2]
Pendidikan Aqidah Akhlak memberikan pengajaran tentang tata nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan antara sesama manusia, mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian pelajaran Aqidah Akhlak merupakan pelajaran yang teoritis dan aplikatif. Pelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan, sedangkan pelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan. Jadi, tolok ukur keberhasilan siswa tidak dapat diukur dengan tinggi rendahnya taraf intelektual anak (aspek kognitif), melainkan hendaknya harus dilihat dari sisi bagaimana karakteristik yang terbentuk melalui pendidikan formalnya (aspek afektif dan psikomotorik).[2]
F. Sistematika
Penulisan
Pada makalah yang kami buat, kami menyusun sistematika penulisan
pada makalah, dimana pada makalah kami terdapat halaman judul, serta adanya
kata pengantar, halaman abstrak dan daftar isi sebagai kata pembuka pada
makalah kami.
Pada bagian isi terdiri dari empat bab yaitu : pendahuan, landasan
teori, analisis dan penutup.
Pada bab I dalam makalah ini, terdapat bab pendahuluan yang
memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan
dan sistematika penulisan.
Pada bab II makalah ini berisi tentang landasan teori, dalam bab
ini menjelaskan tentang pengertian telaah penjelasan materi Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah, substansi, penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah
yang di dalamnya juga terdapat hasil telaah dari penyusun.
Pada bab III berisi tentang analisis dari berbagai aspek, antara
lain aspek metodologi, psikologi, sosiologi, pendidikan dan juga aspek
penulisan dan isi buku, serta adanya rekomendasi dari penyusun.
Pada bab IV makalah kami berisi tentang penutup,yaitu kesimpulan,
saran dan kata penutup. Dan yang terakhir yang terdapat pada makalah kami
adalah daftar pustaka.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah
Untuk menghindari adanya salah
penafsiran dan meluasnya permasalahan, sekaligus untuk memberikan pengertian
yang sejelas-jelasnya, maka pemakalah perlu menegaskan istilah-istilah dalam
judul makalah ini sebagai berikut:
1. Pengertian
Telaah
a. Secara
Etimologi
Telaah
adalah suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan, dan penelitian.[3]
b. Secara
Terminologi
Telaah
yaitu penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-kesulitan yang
mungkin ada pada materi yang dikaji.
2. Pengertian Penjelasan
a. Secara Etimologi
Penjelasan berasal dari kata jelas yang berarti nyata, dan ganblang.[4]
b. Secara Terminologi
Penjelasan adalah keterangan yang lebih jelas, uraian yang menjelaskan
tentang bahan yang di sampaikan.
3. Pengertian
Materi
a. Secara
Etimologi
Materi
adalah benda, zat.[5]
b. Secara
Terminologi
Materi
adalah sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan,
dikarangkan, dsb).[6]
4. Pengertian
Akidah Akhlak
a. Pengertian
Akidah
1) Secara
Etimologi
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “
‘aqoda, ya’qidu, ’aqdan-‘aqidatan ” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan,
perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan
keyakinan.[7]
2) Secara
Terminologi
Aqidah adalah hal-hal yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi
keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.[8]
b. Pengertian
Akhlak
1) Secara
Etimologi
Akhlak secara etimologi berasal dari kata
“Khuluq” dan jama’nya “Akhlaq”, yang berarti budi pekerti, etika, moral.[9]
2) Secara
Terminologi
Akhlak adalah “sikap hati yang mudah
mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.[10]
Jadi yang dimaksud dengan Akidah Akhlak
adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau kelakuan,
baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau
akhlakul madzmumah.
5. Pergertian
Madrasah Aliyah
a. Pengertian
Madrasah
1) Secara
Etimologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Madrasah berarti sekolah atau perguruan (biasanya yang berdasarkan agama
Islam). Madrasah dilihat dari segi bahasa Arab berasal dari kata darasa
yang artinya belajar, sedangkan madrasah itu sendiri berarti tempat belajar.
2) Secara
Terminologi
Madrasah berarti lembaga pendidikan yang
mempunyai porsi lebih terhadap mata pelajaran Agama Islam.
b. Pengertian
Aliyah
1) Secara
Etimologi
Aliyah
berarti sekolah agama (Islam) tingkat menengah atas.[11]
2) Secara
Terminologi
Aliyah
adalah sebuah tingkatan yaitu tingkatan tinggi atau atas dalam suatu
pendidikan.
Jadi Madrasah Aliyah adalah lembaga
pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi atau atas
dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar.
Dari pengertian diatas bisa dipahami
bahwa judul yang dimaksud dengan Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah adalah penyelidikan mengenai beberapa materi tentang
kesulitan-kesulitan, kemudahan, kekurangan, kelebihan yang mungkin ada pada
materi yang ditelaah, dengan menjelaskan tentang bahan yang disampaikan yaitu
yang mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau
kelakuan, baik akhlak yang terpuji atau akhlak al-karimah maupun yang tercela
atau akhlak al-madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran tingkat tinggi atau atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam
sebagai mata pelajaran dasar.
B. Substansi
1. Judul
Judul buku yang kami telaah adalah
“Menjaga Akidah dan Akhlak” yang disusun oleh Roli Abdul Rahman dan M. Khamzah.
Diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo.
Terdiri dari dua buku yaitu untuk kelas
X berisi 129 halaman terbit tahun 2007, untuk kelas XI berisi 132
halaman terbit tahun 2008.
Menurut kami pemakalah, judul buku
tersebut sudah sesuai dengan program untuk dijadikan sebuah judul buku pada
tingkat Madrasah Aliyah, dimana judul tersebut mempunyai maksud agar siswa
Madrasah Aliyah bisa menerapkan pada kehidupan sehari-hari yaitu menjaga Akidah
dan Akhlaknya.
2. Latar Belakang Telaah
Seiring perkembangan zaman, banyak
kebutuhan yang semakin dibutuhkan oleh manusia, termasuk kebutuhan dalam bidang
pendidikan. Dalam bidang pendidikan banyak hal yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik, baik dari segi sarana prasarana maupun materi yang
diajarkan. Untuk mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, maka
diperlukan buku ajar yang relevan untuk menunjang proses belajar mengajar. Sebuah
buku ajar yang baik adalah sebuah buku yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
siswa. Untuk itu, di sini kami menelaah sebuah buku ajar materi Akidah Akhlak
tingkat Madrasah Aliyah, agar dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan buku
ajar tersebut, sehingga nantinya didapati sebuah buku ajar yang mudah dipahami
oleh peserta didik.
3. Fokus Telaah
Telaah yang kami lakukan ini memfokuskan
pada penjelasan yang ada pada materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
C. Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah
Aliyah
1. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester 1
a. BAB I: AKIDAH
1) Pengertian Akidah
Akidah adalah keyakinan yang dikaitkan
dengan rukun iman dan merupakan asas dari seluruh ajaran Islam.
2) Prinsip-Prinsip Akidah
Dalam surat
Ali Imran/3 : 64 dijelaskan bahwa dalam peribadatan Islam hanya kepada Allah. Apapun
bentuk ibadah di dalam Islam hanya ditujukan untuk Allah, baik shalat, zakat,
puasa, haji, maupun perkataan atau perbuatan yang ada hubungannya dengan sesama
manusia atau dengan alam serta lingkungan sekitarnya.
3) Ruang Lingkup Akidah
Hasan al-Banna mengatakan bahwa ruang
lingkup pembahasan Akidah Islam meliputi Ilahiyah (tentang Allah),
nubuwwah (tentang nabi dan rasul), ruhaniyah (tentang alam
metafisik), dan sam’iyah (tentang pengetahuan sama’i).
4) Metode Peningkatan Akidah
Kemantapan iman dapat diperoleh dengan
menanamkan kalimat tauhid la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah).
Tiada yang dapat menolong, memberi nikmat, kecuali Allah. Kebahagiaan di segenap
lapangan hanya diperoleh dengan jalan berakhlak mulia.
Seorang yang kuat imannya, jiwanya
selalu tenang, tidak goncang menghadapi segala sesuatu sebab di dalam jiwanya
hidup rasa persaudaraan, persamaan, dan kemanusiaan. Iman yang subur dan sehat
menghilangkan sifat dengki dan cemburu.
5) Kualitas Akidah dalam Kehidupan
Keimanan memiliki pengaruh yang besar
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Oleh karena itu, keimanan menjadi aspek
yang pertama dan terpenting untuk menjadi muslim yang sejati. Muslim berarti
kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Kepatuhan kepada Allah tidak mungkin
tumbuh dalam diri seeorang jka ia tidak mempunyai keyakinan dan keimanan
terhadap kalimat tauhid. Atau dengan kata lain, tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah SWT.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pengertian
Akidah
Pada sub bab ini
penjelasannya sudah baik berisi tentang pengertian akidah menurut bahasa,
istilah dan menurut beberapa ulama’. Juga disertai dalil naqli tentang akidah yaitu Q.S.
Al-A’raf 7: 127.
b) Prinsip-prinsip
Akidah
Pada sub bab ini belum
berisi prinsip-prinsip akidah secara spesifik.
c) Ruang
lingkup Akidah
Pada sub bab ini sudah
baik, ruang lingkup akidah dijelaskan secara spesifik berupa 4 point dengan
jelas.
d) Metode peningkatan Akidah
Sama seperti
prinsip-prinsip akidah, disini tidak dijelaskan metode peningkatan akidah
dengan spesifik, hanya berisi tentang iman.
e) Kualitas
Akidah dalam kehidupan
Disini sudah dijelaskan dengan baik kualitas Akidah sesuai dalil
Allah Q.S. Ibrahim/14 : 24-27 yaitu laksana pohon kayu yang besar.
b. BAB II: TAUHID
1) Pengertian Tauhid
Tauhid sebagai pengetahuan kesaksian,
keyakinan, dan keimanan terhadap keesaan Allah dengan segala sifat
kesempurnaan-Nya.
2) Makna Kalimat Tauhid La Illaha Illallah
Adapun la ilaha illallah
mempunyai pengertian sebagai berikut:
a) La khaliqa illallah
(tidak ada Yang Pencipta, kecuali Allah);
b) La raziqa illallah (tidak
ada Yang Maha Memberi Rezeki, kecuali Allah);
c) La hafiza illallah (tidak
ada Yang Maha Memelihara, kecuali Allah);
d) La mudabbira illallah (tidak
ada Yang Maha Mengelola, kecuali Allah);
e) La malika illallah (tidak
ada Yang Maha Memiliki Kerajaan, kecuali Allah);
f) La waliya illallah (tidak
ada Yang Maha Pemimpin, kecuali Allah);
g) La hakima illallah (tidak
ada Yang Maha Menentukan Aturan, kecuali Allah);
h) La gayata illallah (tidak
ada Yang Maha Menjadi Tujuan, kecuali Allah);
i) La ma’buda illallah (tidak
ada Yang Maha Disembah, kecuali Allah).
3) Macam-Macam Tauhid
a) Tauhid
Rububiyah
Makna rububiyah mewujud dalam fenomena
penciptaan, pemberian rezeki, juga pengelolaan dan penguasaan alam semesta ini.
b) Tauhid
Mulkiyah
Tauhid mulkiyah bearti sebuah pandangan
yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya dzat yang menguasai alam semesta
ini, dengan hak penuh penetapan peraturan atas kehidupan.
c) Tauhid
Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan
bahwa Allah adalah satu-satunya zat yang memiliki dan menguasai langit, bumi,
dan seisinya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang menentukan segala aturan
serta yang melindungi.
d) Tauhid
Rahmaniyah
Tauhid rahmaniyah merupakan perwujudan
dari setiap sikap muslim yang memiliki tuntutan untuk memberikan dan menebarkan
kasih sayang pada seluruh alam semesta.
4) Urgensi Mengenal Allah
a) Istiqamah
di jalan Allah
b) Stabil
dan optimis
c) Berani
dan tidak pengecut
d) Hidup
penuh berkah
e) Ikhlas
beramal
f) Tidak
mudah putus asa.
5) Nilai Positif Tauhid
Dengan bertauhid, seorang hamba akan
merasa dekat dengan Allah. Dapat menciptakan kemerdekaan jiwa dari kekuasaan
orang lain. Dapat menumbuhkan jiwa patriotism. Dapat menumbuhkan keyakinan
bahwa rizeki seluruh makhluk ditanggung Allah. Dapat mendatangkan ketenagan
jiwa. Dapat mengangkat derajat seseorang menjadi lebih tinggi. Dapat
menciptakan keadilan dan kemakmuran di muka bumi.
6) Sosok Teladan Bertauhid
Nabi Ibrahim a.s. sebagai sosok teladan
bertauhid. Selain sosok Nabi Ibrahim a.s. pada zaman Rasulullah saw. ada
seorang pemuda yang memiliki keteguhan iman.
7) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pengertian
Tauhid
Tentang
pengertian tauhid sudah dijelaskan dengan baik, namun pada paragraph berikutnya
ada keterangan bahwa keesaan Allah tidak perlu dalil pembuktian, menurut kami hal itu tidak perlu
dicantumkan karena keesaan Allah ada dalilnya, salah satunya terdapat pada
surat al-Ikhlas.
b) Makna
kalimat Tauhid La ilaha illallah
Dijelaskan
arti ilah dengan 9 makna, namun makna kalimat la ilah illallah belum dijelaskan
artinya, sehingga isi dengan judul sub bab kurang sejalan.
c) Macam-macam
tauhid
Ada
4 macam tauhid, namun pada tauhid uluhiyah belum ada dalilnya, sedangkan 3 yang
lain sudah disertai dalil.
d) Penjelasan
tentang urgensi
Mengenal Allah,
nilai positif tauhid dan sosok teladan bertauhid, menrut kami sudah baik dan
jelas, hanya saja pada penulisannya lebih mudah dipahami jika dibuat
point-point saja, bukan berbentuk paragraf panjang.
c. BAB III: SYIRIK DALAM ISLAM
1) Pengertian Syirik
Syirik artinya menyekutukan Allah dengan
makhuk-Nya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah, ilahiyah, secara
langsung atau tidak, maupun secranyata atau terselubung.
2) Klasifikasi Syirik
a) Syirik
Besar
Syirik besar adalah menjadikan bagi
Allah sekutu (niddan) yang (dia) berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Allah.
Syirik besar terdiri dari tiga jenis,
yaitu syirik dalam berdoa, syirik dalam niat, iradah, dan tujuan, serta syirik
dalam ketaatan.
b) Syirik
Kecil
Syirik kecil adalah semua perkataan dan
perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan.
3) Macam-Macam Syirik
Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi
menjadi empat jenis, yaitu syirkul ‘ilm, syirkul-tasarruf, syirkul-‘ibadah,
dan syirkul ‘addah.
4) Kriteria Orang yang Syirik
Syirik bukan hanya sikap seseorang yang
mengagung-agungkan sesuatu dari kalangan sesame makhluk, termasuk sesame
manusia (kultus), tetapi syirik juga meliputi sikap mengagung-agungkan diri
sendiri.
5) Akibat Negatif Perbuatan Syirik
Akibat
yang ditimbulkan dari syirik, antara lain sebagai berikut:
a) Tidak
dapat menerima kebenaran
b) Selalu
dalam keadaan bimbang dan ragu
c) Kesenangan yang diperoleh bersifat sementara
d) Harta
yang dinafkahkan akan sia-sia
e) Nilai
orang-orang kafir adalah seburuk-buruk makhluk
f) Menjadi
musuh Allah
g) Mendapat
siksa di neraka.
6) Hikmah Menghindari Perbuatan Syirik
Menurut pendapat al-Maududi, seseorang
yang dapat membebaskan dirinya dari perbuatan syirik, maka imannya akan kukuh
dan memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia secara nyata, antara lain sebagai
berikut:
a) Menjadikan
manusia yang memiliki pandangan yang luas.
b) Mengangkat
manusia ke derajat yang paling tinggi dan mulia.
c) Mengalirkan
rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
d) Membuat
manusia menjadi suci dan benar.
e) Memunculkan
kepercayaan yang teguh dalam segala hal.
f) Tidak
mudah putus asa dengan keadaan yang dihadapi.
g) Menumbuhkan
keberanian dalam diri manusia.
h) Mengembangkan
sikap cinta damai dan keadilan.
i) Menjadi
taat dan patuh kepada hokum-hukum Allah.
7) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan syirik dalam islam sudah baik dan jelas. Namun ada beberapa hal yang
menurut kami terdapat kekurangan yaitu:
a) Pada
point syirik besar, jenisnya ada irodah, disini penjelasannya belum ada pada
point tersebut ataupun pada kamus kecil yang terdapat pada buku.
b) Cara
menghindari perbuatan syirik belum ada, padahal pada lembar tugas ada
pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut.
d. BAB 4: AKHLAK
1) Pengertian Akhlak
Menurut Imam al-Gazali, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang
dan mudah serta tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2) Ruang Lingkup Akhlak Terpuji
Muhammad Abdullah Daraz dalam kitabnya Dustur
al-Akhlaq fi al-Islam membagi ruang lingkup akhlak menjadi lima bagian:
a) Akhlak
pribadi (al-Akhlaq al-Fardiyyah)
b) Akhlak
berkeluarga (al-Akhlak al-Usairiyyah)
c) Akhlak
bermasyarakat (al-Akhlak al-Ijtima’iyyah)
d) Akhlak
bernegara (al-Akhalk ad-Dauliyyah)
e) Akhlak
beragama (al-Akhlak ad-Diniyyah).
Menurut pendapat jumhur ulama, ruang
lingkup akhlak dikelompokkan menjadi tiga hal, yaitu hubungan manusia dengan
Allah. Manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
3) Gambaran Umum Akhlak Tercela
Adapun jenis akhlak tercela yang harus
dihindari oleh setiap muslim, yaitu sebagai berikut:
a) Setiap ucapan atau perbuatan yang dilarang
Al-Qur’an adalah termasuk akhlak tercela dan buruk.
b) Setiap
sesuatu yang diharamkan Allah kalau direnungkan dengan saksama ternyata
merupakan perbuatan yang keji, buruk, batal, sesat, dan maksiat yang
menimbulkan kerugian bagi individu serta masyarakat, bahkan menimbulkan
permusuhan, kebencian dan percekcokan.
c) Setiap
cerita atau berita mengenai orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya yang
disampaikan Al-Qur’an mempunyai tujuan agar kaum muslimin menjauhi perbuatan
tercela yang membawa murka Allah.
d) Setiap
ancaman yang diancamkan Allah kepada salah satu hamba-Nya menunjukkan bahwa
orang yang menerima ancaman itu telah melakukan perbuatan ynag tidak
diridai-Nya.
4) Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Al-Qur’an banyak mengunkapkan hal-hal
yang berhubungan dengan akhlak, baik berupa perintah berakhlak terpuji maupun
larangan berakhlak tercela. Inilah yang membuktika betapa pentingnya akhlak
dalam ajaran Islam. Akhlak akan membaa kemaslahatan dan kemuliaan hidup.
5) Kualitas Akhlak dalam Kehidupan
Prinsip umum yang dapat menyelamatkan
kaum muslimin dari kebimbangan, kebingungan, dan keguncangan dalam menghadapi
kehidupan meliputi komitmen dengan jalan hidup Islam, loyal kepada Allah,
rasul-Nya, dan Islam, kesungguhan dalam menjalani kehidupan, sikap toleran (tasamuh)
dan memaafkan, serta sikap moderat terhadap orang lain dan segala sesuatu.
6) Hasil telaah
Secara
umum penjelasan tentang ahlak sudah cukup baik, namun ada beberapa kekurangan
diantaranya:
a) Pada
sub bahasan metode peningkatan kualitas ahlak dan kualitas akhlak dalam
kehidupan, penjelasannya tidak sesuai dengan judul sub babnya. Kemudian antara
keduanya memiliki keterkaitan, jadi lebih baik kedua sub bahasan tersebut dijadikan
satu.
b) Dalam
lembar tugas ada pertanyaan tentang manfaat ahlak terpuji dan akibat ahlak
tercela, tapi dalam penjelasan di bab ahlak tidak ada penjelasan tentang hal
tersebut.
2. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas X Semester 2
a. BAB 5: ASMAUL HUSNA
1) Pengertian Asmaul Husna
Secara bahasa asmaul husna diartikan
sebagai nama-nama Allah yang agung, karena yang menetapkan asmaul husna ini
adalah Allah, maka barang siapa yang memahami dan meneladani akan mendapatkan
manfaat yang besar di dunia dan akhirat
2) Menguraikan Sepuluh Asmaul Husna
a) Al-Muqsit (Allah Yang Maha
Mengadili)
b) Al-Waris (Allah yang Maha
Mewarisi)
c) An-Nafi’ (Allah Yang Maha
Pemberi Manfaat)
d) Al-Basit (Allah Yang Maha
Melapangkan Rezeki)
e) Al-Hafiz (Allah Yang Maha
Menjaga)
f) Al-Waliyy (Allah Yang Maha
Melindungi)
g) Al-Wadud (Allah Yanh Maha
Pengasih)
h) Ar-Rafi’ (Allah Yang Maha
Meninggikan)
i) Al-M’uizz (Allah Yang Maha
Memuliakan)
j) Al-‘Afuww (Allah Yang Maha
Pemaaf)
3) Bukti Kebenaran dalam Sepuluh Asmaul Husna
a) Al-Muqsit (Maha Mengadili)
Pengadilan Allah berlaku dalam kehidupan
di dunia melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan dan berlaku untuk semua
mahluk-Nya. Pengadilan yang besar dan agung akan terjadi setelah kiamat. Pada
saat itu, manusia akan dibangkitkan dari alam kubur untuk menjalani proses
pengadilan guna menentukan kehidupan di alam abadi ke surga atau ke neraka. Semua
mahluk akan benar-benar merasakan dan menerima keputusan dan keadilan Allah.
b) Al-Waris (Pemilik Yang Sejati)
Kalau sekiranya hamba mengetahui bahwa
semua yang hamba miliki sejatinya milik Allah, maka barang tentu ia tidak kikir
atau bakhil karena sesungguhnya orang-orang yang pelit dan para penimbun harta
itu mencelakakn diri mereka sendiri. Allah tidak membutuhkan mereka, tetapi
merekalah yang butuh Allah.
c) An-Nafi’ (Dzat Yang Paling
Berkuasa)
Allah merupakan dzat yang paling
berkuasa untuk memberikan manfaat kepada seluruh mahluk-Nya sebagai bukti
kekuasaan Allah terhadap mahluk-Nya. Karena manusia sebgaai mahluk yang
memiliki kesadaran akan keberadaan Allah, maka manusia harus menunjukkan sikap
positif terhadap semua manfaat yang diberikan Allah kepadanya dengan bersyukur
dan taat terhadap ketentuan-Nya. Agar tidak melahirkan sikap kufur dan zalim.
d) Al-Basit (Maha Melapangkan)
Maha melapangkan merupakan sifat Allah
yang mencabut roh manusia pada saat kematian dan menempatka roh dalam tubuh
manusia pada awal kehidupan. Hal-hal yang diberikan Allah kepada mahluk-Nya
merupakan nilai yang tak terbatas. Dengan kebaikan dan kebijaksanaan-Nya, Allah
melipatgandakan atau melimpahkan sarana nafkah kepada siap yang di
kehendaki-Nya, begitu juga sebaliknya. Jika Allah menyempitkan maka tiada
satupun mahluk yang bisa menghalanginya.
e) Al-Hafiz
Tak satu partilkel atom pun terlepas
dari pengawasan dan pemeliharaan-Nya atas apa yang mereka lakukan, buruk atau
baik. Dia juga menjaga langit dan bumi dengan segala kekuasaan-Nya.
f) Al-Waliyy ( Yang Maha Melindungi)
Orang yang beriman akan senantiasa
mendapat perlindungan dari Allah. Perlindungan Allah sangat diperlukan oleh
semua mahluk. Segala bentuk perlindungan Allah pada mahluk-Nya akan dapat
menjamin kelancaran dan kesuksesan mahluk dalam menjalani kehidupan dan
menyelamatkan mahluk dari segala cobaan, musibah ataupun azab.
Sedangkan orang yang akan dijauhkan dari
perlindungan Allah dan tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang hakiki,
bahkan nanti diakhirat akan menerima akibat drai kekafirannya berupa azab
neraka.
g) Al-Wadud ( Yang Maha Mengasihi)
Allah mengasihi hamba-Nya yang shaleh
dengan memberikan nikmat yang tampak maupun tidak. Allah memuliakan keturunan
Adam daripada mahluk lainnya. Mereka diberi hati, pendengaran maupun
penglihatan dan dengan menurunkan Rasul untuk membimbing manusia kearah jalan
yang lurus. Allah menurunkan rasul dan kitabnya agar manusia dapat mengenal-Nya
dan itulah yang lebih disukai-Nya.
h) Ar-Rafi’ ( Dzat Yang Maha
Tinggi)
Allah sebagai dzat yang maha tinggi,
tidak ada satupun mahluk yang mampu menandingi ketinggian-Nya. Dan allah akan
meninggikan derajat bagi mereka yang beriman kepada Allah SWT dan bagi mereka
yang senantiasa mendekatkan diri atau tawaduk kepada-Nya. Sebaliknya, dia akan
merendahkan orang-orang yang kafir dan ingkar kepada-Nya, dan yang senantiasa
mengingkari atas nikmat yang diberikan-Nya.
i) Al-Mu’iz
Allah memuliakan orang-orang yang
jiwanya tenang sehingga mereka mengetahui keindahan kehadirat Allah SWT. mereka
diberi ketenangan hati sehingga tak lagi memerlukan apa-apa selain Allah.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari
tidak semua orang mendapatkan kemuliaan dari Allah. Ada sebagian manusia yang
mendapatkan kehinaan akibat perbuatan yang dilakukan.
j) Al-‘Affuw (maha pemaaf)
Sebenarnya Allah memaafkan karena
keterbatasan dan ketidak sempurnaan hamban. Salah satu sifat pemaaf-Nya adalah
bahwa Dia menutupi sebagian besar dosa hamba-Nya kelak di akhirat. Dia
memperlihatkan pada mereka sejumlah dosa mereka, kemudian memberikan kabar
gembira kepada mereka akan pengampunan-Nya, bahkan dia akan menggantikannya
dengan kebaikan.
4) Perilaku Orang yang Mengamalkan Sepuluh Asmaul Husna
a) Mengamalkan
sifat Al-Muqsit, maka dalam
setiap langkah kehidupannya seseorang senantiasa mengingat keadilan Allah.
b) Mengamalkan
sifat Al-Waris seseorang selalu mengingat kebesaran Allah.
c) Mengamalkan
sifat An-Nafi’ seseorang senantiasa mensyukuri segala nikmat Allah.
d) Mengamalkan
sifat Al-Basit seseorang senantiasa mengingat pemberian Allah kepada
hambaNya.
e) Mengamalkan
sifat Al-Hafiz seseorang
senantiasa mengingat pertolongan Allah terhadap hamba-Nya.
f) Mengamalkan
sifat Al-Waliyy seseorang senantiasa mengingat kekuasaan Allah terhadap
hamba-Nya.
g) Mengamalkan
sifat Al-Wadud, seseorang senantiasa mengingat kasih saying Allah
terhadap semua mahluk-Nya.
h) Mengamalkan
sifat Ar-Rafi’, seseorang seantiasa menghargai usaha atau ikhtiar yang dilakukan setiap manusia.
i) Mengamalkan
sifat Al-Mu’izz, seseorang senantiasa mengingat kemuliaan Allah.
j) Mengamalkan
sifat Al-‘Afuww, seseorang senantiasa mengingat ampunan Allah terhadap
hamba-Nya.
5) Meneladani Sifat Allah dalam Sepuluh Asmaul Husna
a) Al-Muqsit: agar seorang
mukmin dapat meneladani sifat Allah yang
maha mengadili, maka harus menerapkan prinsip kebenaran dan keadilan dalam
seluruh aspek kehidupan.
b) Al-Waris: agar seorang mukmin
dpaat meneladani sifat Allah yang maha mewarisi, maka dalam keseluruhan aspek
kehidupannya harus menerapkan prinsip regenerasi (pergantian), kaderisasi
(penyiapan kader).
c) An-Nafi’: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha pemberi manfaat, maka dalam keseluruhan
aspek kehidupannya harus menerapkan prinsip manfaat.
d) Al-Basit: agar seorang mukmin dapat meneladani sifat
Allah yang maha melapangkan rizqi , yang artinya memberikan jalan kemudahan
bagi setiap orang untuk menyelesaikan urusannya.
e) Al-Hafiz: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha menjaga, artinya selalu menjalankan
aktifitas yang memeeberikan makna terhadapa kelangsungan hidup bersama secara
berkesinambungan dan sistematis.
f) Al-Waliyy: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha melindungi, artinya melindungi dan
mengamankan segala kemungkinan yang mengganggu roda kehidupan.
g) Al-Wadud: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha pengasih , maka dalam keseluruhan aspek
kehidupannya harus menerapkan prinsip kasih saying tanpa pilih kasih.
h) Ar-Rafi’: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha meninggikan, artinya perjalanan naik
menghadap Allah untuk mendapatkan amanah yang dapat dijadikan pedoman dalam
kehidupan yang dirahmati dan di ridhoi.
i) Al-Mu’iz: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha memuliakan, artinya bersungguh-sungguh
menghiasi diri dengan ahlak karimah untuk mendapatkan keuliaan di sisi Allah.
j) Al-Afuww: agar seorang mukmin
dapat meneladani sifat Allah yang maha pemaaf, maka dalam keseluruhan aspek kehidupannya
harus menerapkan prinsip ampunan yang akan diberikan kepada org yang menyadari
dan meningglakan kesalahan yang telah dilakukan.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pada
bab ini belum dijelaskan tentang manfaat atau hikmah memahami dan meneladani
asmaul husna. Padahal dalam penjelasan
bab ini disebutkan bahwa “barang siapa yang memahami dan meneladaninya
akan mendapatkan manfaat yang besar”.
b) Dalam
penyebutan sepuluh asmaul husna hanya ditulis menggunakan bahasa Indonesia
tidak disertakan penulisan asmaul husna dengan bahasa arab, jika seperti itu
maka siswa kurang mengerti bahkan tidak tahu penulisan asmaul husna dengan
bahasa arab yang benar.
c) Pada
sub bab menguraikan sepuluh asmaul husna, masing-masing disertai dalil, namun
ada dua tempat yang tidak disertai dalil, yaitu pada penjelasan An-Nafi’
dan Al-‘Afuww.
b. BAB 6: PERILAKU TERPUJI
1) Husnuzan
a) Pengertian Husnuzan
Husnuzan diartikan berbaik sangka
terhadap
segala ketentuan dan ketetapan Allah yang diberikan kepada manusia.
b) Kriteria Husnuzan
Salah
satu bacaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW
kepada kita ialah tasbih, yaitu ucapan subhanallah (maha suci Allah)
maksudnya adalah Allah maha suci atau maha bebas dari setiap pikiran kita yang
negative mengenai Dia. Ucapan yang berdampingan dengan tasbih ialah tahmid,
Yaitu bacaan Alhamdulillah ( segala puji bagi Allah). Sikap tersebut tidak
boleh dikacaukan dengan sikap fatalisme, yaitu sikap putus asa terhadap masa
depan. Ucapan tasbih dan tahmid, dikaitkan pula dengan ucapan takbir, yaitu
Allah Akbar ( Allah maha besar). Dengan ucapan itu kita menanamkan tekat hendak mengarungi lautan hidup ini.
c) Nilai Positf Husnuzan
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari
sikap husnuzan antara lain sebagai berikut:
(1)Melahirkan
kesadaran bagi umat manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan
sesuai dengan aturan dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah.
(2)Mendorong
manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai
kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat dan mengikuti hukum sebab akibat
yang berlaku dan ditetapkan Allah.
(3)Mendorong
manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah
(4)Menanamkan
sikap tawakal dalam diri manusia
(5)Mendatangkan
ketenangan jiwa dan ketentraman hidup
d) Membina Sikap Husnuzan
Hendaklah dicermati dengan
sungguh-sungguh bahwa semua hokum dan kewajiban yang diberikan kepada orang
beriman adalah untuk kepentingan manusia sendiri, bukan untuk kepentingan
Tuhan. Taat dan berserah dirilah hanya kepada Allah dan berhusnuzan kepada-Nya.
Gantungkan dan tundukkan diri hanya kepada Allah, niscaya Dia akan menolong dan
membimbing hamba-Nya ke jalan yang benar.
2) Tobat
a) Hakikat Tobat
Orang bertobat kepada Allah adalah orang
yang kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat terpuji, kembali dari
larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali
dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridai-Nya, kembali dari yang
saling bertentangan menuju yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah
setelah meninggalkan-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya.
b) Penggolongan Tobat
Secara umum para ahli makrifah membagi
tobat menjadi tiga bagian, yaitu tobat awam, khawas, akhas al-Khawas.
c) Tata Cara untuk Bertobat
Untuk melakukan tobat yang
sempurna,seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan, menyadari
kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampun kepada Allah, berjanji tidak akan
mengulanginya, dan menutupi kesalahan masa lalu dengn amal saleh.
d) Jenis Dosa dan Cara Tobatnya
Secara umum, perbuatan dosa
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu dosa yang berkaitan denagn hak Allah,
yang berkaitan dengan hak Allah yang wajib ditutupi atau di-qada, yang
berkaitan dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti, dosa yang
berkaitan dengan hak manusia yang wajib dikembalikan kepada mereka.
e) Membiasakan Diri Bertobat
Setiap
manusia sudah seharusnya ingat akan suasana tobat yang senantiasa tumbuh
didalam hati setiap muslim hingga meninggal dunia. Jika seseorang bertobat dari
dosanya dengan tobat yang sesungguhnya ( taubatan Nasuha), maka tidak ubahnya
dia seperti orang yang tidak mempunyai dosa samas ekali. Setelah bertobat,
seseorang tidak ubahnya seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. Setiap orang
yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti dia telah melakukan dosa besar
yang telah mendekati batas kekufuran. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertobat. Artinya Allah SWT menyukai seseoang yang bertobat, meskipun dia
telah merusak tobatnya sebelumnya.
3) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pada
lembar tugas ada pertanyaan tentang akibat tidak memiliki sikap husnuzan, tapi
dalam penjelasan sub bab husnuzan tidak ada point tentang akibat tidak memiliki
sikap husnuzan. Sehingga siswa mungkin saja kesulitan menjawabnya karena tidak
ada bacaan yang berkaitan dengan hal tersebut.
b) Pada
point membiasakan diri bertaubat, penjelasannya kurang spesifik, harusnya
langsung dijelaskan point-point dan bukan penjelasan berupa paragraph-paragraf yang panjang, sehingga siswa kurang bias
memahami penjelasan tersebut.
c. BAB 7: PERILAKU TERCELA
1) Ria
a) Pengertian Ria
Ria
pada hakekatnya adalah melakukan sesuatu karna ingin dilihat atau ingin dipuji
orang lain. Apabila seseoarng melakukan sesuatu hanya karena ingin dipuji orang
lain maka berarti ia telah melakukan syirik kecil.
b) Meluruskan Pamrih
Pamrih
ialah keinginan untuk dilihat orang, dalam istilah keagamaan di sebut ria. Jika
ingin didengar orang, misalny agar nama menjadi terkenal, maka istilahnya
disbeut sum’ah. Baik ria atau sum’ah, kedua-duanya sejenis kemunafikan karena
keduanya mengandung semangat bahwa kita berbuat tidak untuk tujuan sesungguhnya
melainkan untuk tujuan lain yang kita sembunyikan, yang nilai tujuan itu
tidaklah terlalu mulia. Jadi, kita tidak lulus dalam amal perbuatan yang kita
lakukan.
c) Ria Merusak Amal Perbuatan
Penyakit
ria menjadikan amal perbuatan menjadi ringan dan kosong. Berdasarkan pendapat
jumhur ulama’, sesungguhnya ria membatalkan amal perbuatan. Disamping
menyebabkan batalnya amal perbuatan, ria juga termasuk perbuatan dosa besar
bahkan AL-qur’an menganggap dosa ini sudah termasuk kedalam batasan kufur. Oleh
karena itu, janganlah kita membatalkan amal perbuatan yang sudah dikerjakan
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan sipenerima.
d) Ria Merusak Keimanan
Apabila
salah seorang dari kita menunaikan kebutuhan kaum muslimin, namun pada saat
yang sama dia menyebut-nyebut pertolongan yang telah diberikannya itu, maka
disini amal perbuatannya batal dan menjadi tidak ada isinya. Terkadang, dia
tidak menyebut-nyebut pertolongan yang telah diberikannya, namun dia melakukan
itu dengan tujuan supaya dilihat manusia. Maka dengan begitu perbuatanya
menjadi ria.
e) Ria sebagai Bagian Syirik
Salah
satu cara yang dugunakan oleh setan
untuk memperdaya manusia beriman adalah
ria. Menjadikan manusia ria merupakan jalan yang sangat disukai oleh setan.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap ria jangan sampai kita termasuk
orang yang bermuka dua. Dikatakan oleh Al-Qur’an ‘’maka celakalah bagi orang
yang salat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap slaatnya yang berbuat ria dan
enggan (urung memberikan bantuan).”
f) Hikmah Kisah Ria
Amirul ukminin Ali bin Abi Thalib sering
pada malam hai pergi ke rumah-rumah oraang miskin untuk memberikan sdekah
kepada mereka, dengan idak ada seorangpun yang tahu akan hal itu, kecuali
setelah bepergian mereka di alam dunia. Pada malam kedua puluh bulan Ramadhan
tatkala Ali sedang berbaring di ranjang sebagai akibat sabetan pedang, barulah
mereka mengetahui siapa yang selama ini membawakan roti dan kurma kepada
orang-orang miskin.
2) Aniaya (Zalim)
a) Zalim sebagai Kemungkaran
Menurut ajaran Islam, tindakan aniaya
(zalim) sebagai perbuatan dosa yang harus ditinggalkan karena tindakan aniaya
akan dapat merusak kehidupan pribadi, keluaga dan masyarakat.
b) Kezaliman terhadap Allah (Syirik)
Syirik merupakan pandangan dan
kepercayaan yang mengingkari bahwa Tuhan adalah Maha Esa dan Maha Kuasa.
Apabila orang memandang bahwa Tuhan tidak kuasa sehingga Tuhan membutuhka
pembantu-pembantu yang harus disembah dan yang akan menolong unttuk mendekat
kepada-Nya, maka ini merupakan kezaliman.
c) Kezaliman terhadap Diri Sendiri
Apabila seseorang melakukan kejahatan,
dia tidaklah berbuat kejahatan terhadap Allah, melainkan dia berbuat kejahatan
terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana juga kalau seorang berbuat baik, maka dia
tidaklah berbuat untuk kebaikan Allah, melainkan untuk kebaikan dirinya
sendiri.
d) Kezaliman terhadap Sesama Manusia
Salah satu sifat orang zalim adalah
bahwa ketika dia bergaul dengan orang lain, maka orang lain merasa tidak nyaman
bersamanya. Jika dia tidak menyukai suatu hal, maka dia melakukan tindakan
menurut caranya sendiri tanpa memedulikan orang lain. Orang seperti ini tidak
memiliki kebaikan dalam dirinya, sehingga akan membawa kerusakan bagi kehidupan
pribadi dan msyarakat dimana dia berada. Tatanan kehidupan menjadi kacau balau
karena rang zalim selalu mengaburkn tatanan yang benar dan menggantikan dengan
tatanan kehidupan yang memuaskan nafsunya.
3) Diskriminasi
a) Pengertian Diskriminasi
Secara bahasa, diskriminasi berasal dari
bahsa Inggris discriminate yang
berarti membedaakan. Kosakata ini kemudian diadopsi menjadi kosakata bahasa
Indonesia diskriminasi, yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang
lain berdasarkan suku, ras, bahasa ataupun agama.
b) Jenis Perbuatan Diskriminasi
Sesungguhnya munculnya sikap
diskriminasi dsebabkan oleh adanya penympangan individual, diantaranya :
(1)Penyimpangan
karena tidak patuh pada nasehat orang tua agar merubah pendiriannya yang kurang
baik disebut pembandel.
(2)Penyimpangan
karena tidak taat pada peringatan orang-orang disebut pembangkang.
(3)Penyimpangan
karena melanggar norma-norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
(4)Penyimpangan
karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda
atau jiwa dilingkungannya disebut perusuh atau penjahat.
(5)Penyimpangan
karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela
diebut munafik.
c) Dampak Negatif Diskriminasi
Akibat buruk dari sikap diskriminasi,
adalah :
(1)Memicu
munculnya sektarianisme
(2)Memunculkan
permusuhan antar kelompok
(3)Mengundang
masalah social yang baru
(4)Menciptakan
penindasan dan otoritarianisme
(5)Menghambat
kesejahteraan kehidupan
(6)Menghalangi
tegaknya keadilan
(7)Menjadi
pintu kehancuran masyarakat
(8)Mempersulit
penyelesaian masalah
(9)Meningkatkan
kezaliman dan kemaksiatan
d) Cara Menghindari Diskriminasi
Untuk menghindari sikap diskriminasi,
maka setiap muslim harus mengedepankan sikap persamaan. Sikap persamaan cukup
urgen dalam kehidupan modern. Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa
kesejajaran, persamaan, dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesame
manusia sebagai makhluk Tuhan.
e) Hikmah Menghindari Diskriminasi
Sikap selalu mengutamakan orang lain,
meringankan beban orang lain, tidak menjadi beban orang lain, ramah tamah, dan
menjaga kebiasaan berdasarkan ajaran yang benar.
4) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pada
sub bab meluruskan pamrih, tidak disebutkan saja karena pamrih sendiri artinya
adalah ria, jadi sudah masuk dalam sub bab pengertian ria.
b) Pada
sub bab hikmah kisah ria, hanya dijelaskan kisah pada zaman sahabat, namun
tidak dijelaskan hikmah dari kisah tersebut itu apa. Dan juga cara menghindari
sifat ria belum ada penjelasannya.
c) Pada
sub bab zalim tidak ada point tentang cara menghindari dan hikmah
menghindarinya, padahal menurut kami hal itu perlu dicantumkan agar siswa bisa
lebih memahami dan waspada akan perbuatan tercela tersebut.
d) Pada
point dampak negative diskriminai, terdapat kata sektarianisme dan
otoritarisme, kalimat istilah tersebutharusnya dicetak miring dan juga diberi
penjelasan, sehingga siswa dapat memahami secara utuh tentang dampak negative
diskriminasi. Padahal pada buku tersebut ada kamus kecil, namun dua istilah
tersebut tidak dimasukkan.
3. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas XI Semester 1
a. BAB 1: ILMU KALAM
1) Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu
kalam diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang
sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan
kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan
daripada-Nya.
2) Fungsi Ilmu Kalam
Dengan
adanya ketentuan mengenai hukum akal, dan terdapatnya ayat-ayat mutasyabihat di
dalam Al-Qur’an, maka hal itu merupakan peluang bagi mereka yang suka berfikir,
terutama karena panggilan agama untuk memikirkan semua makhluk Tuhan.
3) Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
Adapun
keterkaitan ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yaitu:
a) Filsafat
Islam
Filsafat
Yunani tidak hanya diambil manfaatnya oleh kalangan mutakallimin sebagai alat
untuk memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lawannya.
Akan tetapi, juga diambil manfaatnya dari kalangan ahli-ahli filsafat Islam,
seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina.
b) Ilmu
Fikih
Objek
pembahasan ilmu kalam dengan fikih sangat berbeda.
c) Ilmu
Tasawuf
Tasawuf
dalam membahas masalah ibadah lebih banyak menggunakan perasaan dan latihan
kejiwaan karena dengan cara ini dapat mempebanyak amal ibadah.
4) Metode Pembahasan Ilmu Kalam
Sesungguhnya
mutakallimin itu mempunyai system tersendiri di dalam membahas, menetapkan dan
berdalil, berbeda dengan system Al-Qur’an dan hadits serta fatwa-fatwa sahabat.
Dari segi lain, berbeda dengan system filsafat dalam membahas, menetapkan, dan
berdalil.
5) Ruang Lingkup Ilmu Kalam
Ruang
lingkup pembahasan ilmu kalam yang meliputi,
a) Wujud
Tuhan
b) Keesaan
Tuhan
c) Zat
dan Sifat Tuhan
d) Sifat-Sifat
Aktif Tuhan
e) Sifat
Ilmu menurut Muktazilah
f) Sifat
Kalam
g) Kejisiman
Tuhan
h) Arah
i) Rukyat
j) Keadilan
Tuhan
k) Qada
dan Qadar
6) Penerapan Ilmu Kalam
Para
mutakallimin memiliki kepentingan terhadap filsafat untuk menghadapi
musuh-musuhnya yang menguasai filsafat. Tuntutan ini kemudian mengharuskan
mutakallimin untuk mempelajari filsafat Yunani terutama dari segi ketuhanannya.
7) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
fungsi ilmu kalam penjelasannya terlalu banyak, padahal fungsinya hanya
terdapat diakhir kalimat. Alangkah baiknya jika fungsi ilmu kalam diletakkan di
awal kalimat kemudian diikuti kalimat-kalimat lain yang lebih mendukungnya.
b) Dalam
hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya ada beberapa sebutan ilmu kalam yakni
ilmu tauhid dan ilmu ushuludin yang masing-masing disebutkan tujuan dari ilmu
tersebut namun pada ilmu akidah belum disebutkan tujuan dari ilmu akidah
tersebut.
c) Kemudian
keterkaitan ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yakni
fiqih, dalam penjelasannya belum ada penjelasan tentang hubungan antar a ilmu
kalam dengan fiqih. Yang disebutkan hanya bahwa objek pembahasan ilmu kalam
fiqih sangat berbeda. Begitu pula keterkaitan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf
belum ada penjelasan tentang hubungan keduanya. Dari penjelasan yang dipaparkan
malah seolah-olah menyebutkan perbedaan diantara keduanya, bukannya hubungan
antara keduan.
d) Dalam
ruang lingkup ilmu kalam, yakni pada kejisiman tuhan terdapat istilah tasybih
dan tanzih yang tidak disetak miring padahal seharusnya dicetak miring.
(1)Kemudian
pada point arah terdapat kalimat yang
menurut kami kurang spesifik. Yaitu “muktazilah dengan tegar mengingkari
arah bagi tuhan. Karena menetapkan arah, artinya menetapkan tempat bagi-Nya dan
menetapkan tempat, artinya menetapkan kejisiman-Nya. Seharusnya diganti dengan
muktazilah dengan tegas mengingkari arah bagi tuhan. Karenamenetapkan arah
artinya menetapkan tempat bagi-Nya adalah menetapkan kejisiman-Nya”.
(2)Dalam
penerapan ilmu kalam belum ada penjelasan yang lebih spesifik lagi tentang
penerapannya.
b.
BAB 2: ALIRAN ILMU KALAM
1) Aliran-Aliran Ilmu
Kalam
a)
Aliran Syiah
Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji
sayyidina Ali secara berlebih-lebihan karena mereka beranggapan bahwa Ali yang
lebih berhak menjadi khalifah pengganti nabi.
Beberapa sekte aliran Syiah, diantaranya sebagai berikut:
(1)Sekte Kaisaniyah
Kaisaniyah adalah sekte Syiah yang memercayai Muhammad
bin Hanafiyah sebagai pemimpin setelah Husein bin Ali wafat.
(2)Sekte Zaidiyah
Sekte ini memercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein
Zainal Abidin sebagai pemimpin setelah Husein bin Ali wafat.
(3)Sekte Imamiyah
Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi
Muhammad saw, telah menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam
sebagai pengganti beliau dengan petunjukyang jelas dan tegas.
b)
Aliran Khawarij
Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang
meninggalkan barisannya karena tidak setuju terhadap sikap Ali bin Abi Thalib
yang menerima Arbitrase (tahkim).
c)
Aliran Murjiah
Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang
tidak mau terlibat dalam upaya mengafirkan terhadap orang-orang yang terlibat
dalam peristiwa tahkim.
d)
Aliran Qadariyah
Qadariyah sebagai suatu aliran yang memberikan penekanan
terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan
perbuatan-perbuatannya.
e)
Aliran Jabariyah
Manusia dalam paham Jabariyah sangat lemah, tak berdaya,
terikat dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak
bebas.
f)
Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara
aliran Khawarij dan aliran Murjiah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa
besar.
g)
Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham
Muktazilah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkanumat Islam.
h)
Aliran Maturidiyah
Maturidiyah mendasarkan pikirannya dalam soal-soal
kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam
kitabnya Al-Fiqh al-Akbar dan Al-Fiqh al-absat.
i)
Teologi Transformatif
Teologi Transformatif merupakan sejumlah pandangan keyakinan
keagamaan, yang mempengaruhi perilaku kehidupan umat Islam dalam keseluruhan
aspek kehidupan.
j)
Teologi Pembebasan
Teologi
pembebasan sebagai bentuk ajaran untuk peduli kepada orang-orang yang
tertindas, seperti orang-orang yang teraniaya, miskin, yatim, janda, perempuan,
dan budak.
2) Perilaku Orang
Beraliran Kalam
Lima kriteria pokok yang melekat pada orang yang
mengikuti aliran yang benar (sahih), yaitu sebagai berikut:
a)
Memilki prinsip hidup yang kuat, yang digali berdasarkan
Al-Qur’an dan as-Sunnah.
b)
Mampu mengembangkan pemikiran yang rasional dalam melihat
berbagai persoalan kehidupan.
c)
Konsisten dalam menjaga persaudaraan dengan sesama umat
muslim.
d)
Senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
e)
Kehadirannya tidak membuat orang lain merasa takut atau
cemas.
3) Menghargai
Perbedaan Paham
Berbagai ragam pemikiran dan pandangan dari aliran-aliran yang ada
memperlihatkan paham yang saling bertentangan, sekalipun mereka sama-sama
berpegang pada Al-Qur’an.
4) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
aliran syiah terdapat isltilah “tahkim” atau “arbitrasi”, tapi belum dijelaskan
apa maksudnya. Dalam kamus kecilpun tidak ada keterangan tentang tahkim atau
arbitrasi. Alangkah baiknya jika kata tersebut diberi arti agar bisa dipahami.
Kemudian kata “sekte” juga belum dijelaskan maknanya dalam kamus kecil.
b) Dalam
aliran khawarij, alangkah baiknya jika dalil surat Al-Maidah ayat 44 dituliskan
ayatnya agar tidak hanya maknanya saja.
c.
BAB 3: PERILAKU TERPUJI
1)
Akhlak Berpakaian
a)
Pengertian Akhlak Berpakaian
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang
dikenakan seseorang dalam berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana,
sarung, jubah ataupun yang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya
untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum.
b)
Bentuk Akhlak Berpakaian
Busana muslimah haruslah memenuhi kriteria, antara lain tidak jarang (tembus pandang)
dan ketat, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai busana khusus
nonmuslim, serta pantas dan sederhana.
c)
Nilai Positif Akhlak Berpakaian
Agama Islam mengajarakan kepada pemeluknya agar
berpakaian yang baik dan bagus sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam
pengertian bahwa pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu
menutupi aurat dan keindahan.
d)
Membiasakan Akhlak Berpakaian
Islam telah menggariskan aturan-aturan berbusana yang
harus ditaati, yakni dalam apa yang disebut etika berbusana. Seorang muslim
atau muslimah dituntut untuk berbusana sesuai dengan apa yang telah digariskan
dalam aturan.
2)
Akhlak Berhias
a)
Pengertian Akhlak Berhias
Secara istilah, berhias dapat dimaknai sebagai upaya
setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, asesoris ataupun
zat-zat (make up) yang dapat memperelok diri bagi pemakainya sehingga
memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri
penampilan untuk suatu tujuan tertentu.
b)
Bentuk Akhlak Berhias
Agama Islam telah memberikan rambu-rambu yang tegas agar
setiap muslim meengindahkan kaidah berhias meliputi sebagai berikut:
(1)Niat berhias hanya untuk beribadah
(2)Dalam berhias tidak menggunakan bahan-bahan yang
diharamkan (misalnya ada unsur khamar ataupun babi)
(3)Setiap muslim dilarang berhias dengan memakai
simbol-simbol ataupun alat-alat yang secara khusus digunakan kaum nonmuslim
(misalnya salib)
(4)Tidak berlebih-lebihan dalam berhias
(5)Tidak berhias seperti orang jahiliyah atau nonmuslim
(6)Berhias menurut kelaziman dan kepatutan jenis kelamin
(7)Menghindari berhias untuk keperluan berfoya-foya ataupun
ria.
c)
Nilai Positif Akhlak Berhias
Seorang muslim ataupun nonmuslim yang berhias (berdandan)
sesuai ketentuan Islam, maka sesungguhnya telah menegaskan jati dirinya sebagai
mukmin ataupun muslim. Seorang yang berhias secara Islami akan merasa nyaman
dan percaya diri dengan dandanannya yang telah mendapatkan jaminan halal secara
hukum sehingga apa yang sudah dilakukan akan menjadi motivasi untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesamanya.
d)
Membiasakan Akhlak Berhias
Islam mengajak manusia untuk hidup secara wajar,
berpakaian secara wajar, berhias secara lazim, jangan kurang dan jangan
berlebihan. Karena itu, setiap pribadi muslim harus membiasakan diri untuk
berpenampilan yang baik, bagus, indah, dan meyakinkan, tidak menyombongkan
diri, tidak angkuh, tetapi tetap sederhana dan penuh kebersahajaan sebagai
wujud konsistensi terhadap ajaran Islam.
3)
Akhlak Perjalanan
a)
Pengertian Akhlak Perjalanan
Secara
istilah, perjalanan sebagai aktivitas seseorang untuk keluar ataupun
meninggalkan rumah dengan jalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana
transportasi yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun
tujuan tertentu.
b)
Bentuk Akhlak Perjalanan
Sebagai
pedoman, Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan, yaitu sebagai
berikut:
(1)
Bermusyawarah dan Salat Istikharah
(2)
Mengembalikan Hak dan Amanat kepada Pemiliknya
(3)
Membawa Enam Benda yang Disunnahkan Rasulullah saw.
(4)
Mengajak Istri ataupun Anggota Keluarganya
(5)
Wanita Tidak Boleh Pergi Seorang Diri
(6)
Memilih Kawan Pendamping yang Saleh
(7)
Mengangkat Pemimpin Rombongan
(8)
Berpamitan pada Keluarga dan Handai Tolan serta Mohon Doa
(9)
Memilih hari Kamis dan Salat Dua Rakaat sebelum Berangkat
(10)
Menolong Kawan
Seperjalanan
(11)
Tidak Lama Meninggalkan Istri
(12)
Takbir Tiga Kali dan Berdoa
(13)
Jangan Pulang Mendadak
(14)
Salat Dua Rakaat
c)
Nilai Positif Akhlak Perjalanan
Dalam
kaitannya dengan perjalanan (safar), Imam Gazali berpendapat bahwa bersafarlah,
sesungguhnya dalam safar ada lima keuntungan, yaitu:
(1)Menghibur diri dari kesedihan;
(2)Mencari hasil usaha (mata pencaharian);
(3)Memperoleh tambahan ilmu;
(4)Lebih banyak mengenal adab kesopanan;
(5)Menambah kawan yang baik (mulia).
d)
Membiasakan Akhlak Perjalanan
Biasakan
melakukan perjalanan dengan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci, dan
jelas agendanya. Perjalanan yang disertai dengan agenda yang jelas, maka semua
aktivitas yang dilakukan selama perjalanan akan dapat terlaksana dengan baik.
4)
Akhlak Bertamu
a)
Pengertian Akhlak Bertamu
Secara
istilah, bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun
orang lain dengan tujuan untuk menjalin persaudaraan ataupun untuk suatu
keperluan lain dalam rangka menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
b)
Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum
memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu terlebih dahulu meminta
izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah.
Disamping itu,
hal lain yang perli diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai
berikut:
(1)Jangan bertamu sembarang waktu;
(2)Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga
merepotkan tuan rumah;
(3)Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah
terganggu;
(4)Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan
itu;
(5)Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
c)
Nilai Positif Akhlak Bertamu
Bertamu secara
baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap orang lain dan menjauhkan sikap
paksaan, tekanan, dan intimidasi.
Dengan
bertamu, seorang akan melakukan diskusi yang baik, sikap yang sportif, dan
elegan terhadap sesamanya.
Bertamu
sebagai media berdakwah, meningkatkan kualitas diri setiap muslim.
d)
Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya
bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikkan. Dengan bertamu, seorang
dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman berharga
ataupun dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Bertamu sebagai
kebiasaan yang harus dilestarikan untuk menciptakan persaudaraan dan kerukunan
hidup umat manusia.
5)
Akhlak Menerima Tamu
a)
Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Secara
istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan
yang lazim (wajar) dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud untuk
menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan
rahmat dan rida dari Allah.
b)
Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Memuliakan
tamu dilakukan antara lain dengan menyambut kedatangannya dengan muka manis dan
tutur kata yang lemah lembut, mempersilakannya duduk di tempat yang baik. Kalau
perlu, disediakan ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga
kerapian dan keasriannya.
c)
Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu
dapat meningkatkan kesabaran. Menerima tamu dapat mengembangkan kepribadian.
Memuliakan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan kemaslahatan dari Allah ataupun makhluk-Nya karena sesungguhnya
orang yang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia maupun akhirat.
d)
Membiasakan Akhlak Menerima Tamu
Seyogyanya
setiap muslim harus menunjukkan sikap yang baik terhadap tamunya, mulai dari
keramahan diri dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan prasarana
penyambutan yang memadai, serta mmeberikan jamuan makanan dan minuman yang
memenuhi selera tamu. Syukur sekali dapat menyediakan hidangan lezat yang
menjadi kesukaan tamu yang datang. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara
baik, maka akan menjadi tolok ukur kemuliaan tuan rumah.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
pengertian ahlak berpakaian, hanya diuraikan tentang pakaian dari segi bahasa
dan istilah serta tujuan berpakaian yang bersifat khusu dan umum. Seharusnya
dicantumkan juga mengenai pengertian ahlak berpakaian.
b) Dalam
bentuk ahlak berpakaian, penjelasannya sudah baik, namun alangkah baikna lagi
jika penulisan dalil Al-Qur’annya diikutsertakan jadi tidak hanya artinya saja.
c) Dalm
nilai positif ahlak berpakaian, belum dijelaskan secara jelas tentang
nilai-nilai positifnya sehingga membingungkan siswa dalam memahami.
d) Dalam
membiasakan akhlak berpakaian alangkah baiknya jika penjelasan yang ada dalam
dinilai positif akhlak berpakaian yakni “perintah berpakaian yang baik dan
bagus terutama apabila akan melakukan ibadah shalat” diletakkan dalam penjelasan
membiasakan ahlak berpakaian agar siswa bisa meneladani penjelasan yang ada
didalamnya.
e) Dalam
pengertian akhlak berhias, belum ada pengertian tentang akhlak berhias. Dalam
bentuk akhlak berhias penjelasannya sudah baik apalagi dilengkapi dengan dalil
yang memperkuat penjelasan.
f) Dalam
nilai positif ahlak berhias dan menerima tamu alangkah lebih baik jika dibuat
dalam point-point sehingga akan lebih mudah dipelajari.
g) Dalam
membiasakan ahlak berhias terdapat paragraph yang meniru penjelasan dari nilai
posiitf ahlak berpakaian. Hanya bedanya dari kata “berpakaian” menjadi
“berhias”. Alangkah baiknya jika dibuat penejlasan lainnya agar penjelasannya
lebih baik lagi.
h) Dalam
pengertian akhlak perjalanan, akhlak bertamu dan akhlak menerima tamu belum ada
pengertian tentang akhlak perjalanan akhlak bertamu dan akhlak menerima tamu.
i) Dalam
bentuk ahlak perjalanan, alangkah baiknya jika haditsnya dituliskan bukan hanya
maknanya saja.
j) Dalam
nilai positif ahlak perjalanan terdapat kata “keuntungan melakukan perjalanan”,
sebaiknya diganti dengan “nilai positif melakukan perjalanan” agar sesuai
dengan sub tema yang ada.
k) Dalam
membiasakan ahlak bertamu sebaiknya dalilnya ditulis.
l) Dalam
nilai positif ahlak menerima tamu alangkah baiknya jika dijadikan point-point
saja agar lebih mudah dipahami.
d.
BAB 4: PERILAKU TERCELA
1)
Mabuk-mabukan
a)
Pengertian Mabuk-mabukan
Secara
istilah, mabuk-mabukan dapat diartikan sebagai aktivitas meminum, memakan,
menghirup, ataupun menghisap secara berlebihan bahan-bahan (material) yang
dalam jumlah tertentu dapat membuat pelakunya mabuk.
b)
Bentuk Mabuk-mabukan
Pemberian nama
pada bermacam-macam minuman keras, dapat dibagi menjadi beberapa golongan
sesuai dengan bahan baku yang digunakan, di antaranya sebagai berikut:
(1)Jika bahan dasarnya terbuat dari sari buah, seperti
anggur, nanas, dan apel disebut wine.
(2) Jika bahan dasarnya terbuat dari pati disebut bir. Jenis
bir lainnya adalah sake yang dibuat dari beras kuning.
(3)Nama-nama lain, seperti rum, wisky, cognac, dari
Perancis; gin dari Irlandia, vodka dari Rusia merupakan minuman keras yang
diperoleh dengan proses fermentasi.
(4)Secara tradisional, orang telah mengetahui bahwa nira
aren atau nira kelapa dapat dijadikan minuman keras, dengan cara membiarkan
(inkubasi) selama satu hari atau lebih.
c)
Akibat Negatif Mabuk-mabukan
Sudah
diketahui umum bahwa semua miras itu jika diminum dalam jumlah yang cukup
banyak bisa membuat orang mabuk, bahkan jika diminum banyak sekali, bisa
pingsan atau setidak-tidaknya tidak ingat akan lingkungannya, sedangkan untuk
jangka panjangnya akan mengakibatkan kerusakan organ fisik bagian dalam
(jantung, paru-paru, ginjal, dan liver), termasuk saraf yang akan berakibat
mengganggu jalannya kehidupan manusia secara menyeluruh.
d)
Upaya Menghindari Mabuk-mabukan
Setiap muslim memilki
kewajiban untuk menjaga masyarakat agar terhindar dari kejahatan seseorang yang
diakibatkan pengaruh mabuk-mabukan.
2)
Berjudi
a) Pengertian Berjudi
Berjudi adalah
suatu aktivitas yang direncanakan ataupun tidak dengan melakukan spekulasi
ataupun rekayasa untuk mendapatkan kesenangan dengan menggunakan taruhan yang
tidak dibenarkan, bagi yang menang diuntungkan dan yang kalah dirugikan.
b)
Bentuk-Bentuk Berjudi
Berikut ini
adalah model perjudian yang berkembang sampai saat ini:
(1)
Dadu
(2)
Kartu Remi
(3)
Lotre
(4)
Semua Permainan yang melupakan Allah
(5)
Menjual Benda yang Belum Jelas
(6)
Menyabung Binatang
(7)
Permainan yang Merusak Badan
c)
Akibat Negatif Berjudi
Betapa besar
bahaya perjudian bagi kehidupan pribadi dan sosial karena perjudian membawa
akibat buruk bagi pelakunya, diantaranya masuk dalam lingkaran setan yang akan
merugikan diri dan orang lain, merugikan ekonomi karena ketidakpastian usaha
yang dilakukan, menimbulkan kemarahan dan permusuhan dengan sesama, menghalangi
zikir dan beribadah kepada Allah, menyebabkan orang lalai kewajiban terhadap
diri, orang lain dan penciptanya, menjadikan orang malas bekerja, menjadi sebab
untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama atau pemerintah, menghancurkan
kehidupan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, menghilangkan perasaan malu
dan ksih sayang, menimbulkan kesedihan dan penyesalan sebab perbuatan judi
dapat menghilangkan harta dan harga diri seseorang dalam waktu yang relatif
singkat.
d)
Upaya Menghindari Berjudi
Diperlukan
upaya-upaya yang integral dari berbagai pihak, diantaranya adalah ulama
hendaknya senantiasa beramar makruf nahi mungkar dalam setiap waktu dan
keadaan, umara hendaknya dengan tegas dan jelas segera memberantas
tempat-tempat perjudian dan mengambil tindakan hukum yang tegas bagi pelaku
perjudian, setiap orang berusaha menghindari pergaulan dengan penjudi, lebih
banyak bergaul dengan orang yang jelas-jelas baik, setiap pelaku perjudian harus
sabar dengan segera bertobat dan memperbaiki diri dengan amal saleh, berusaha
mencari rizki yang halal dan qanaah akan perintah Allah, senantiasa
beristighfar dan mohon ampunan serta perlindungan dari Allah agar tidak
terjerumus pada perjudian, senantiasa berjuang untuk menuaikan kewajiban secara
istiqamah, baik terhadap keluarga, lingkungan maupun kepada pencipta.
3)
Zina
a)
Pengertian Berzina
Zina adalah melakukan hubungan seksual
antara laki-laki dengan perempuan yang bukan suami istri dan bukan pula budaknya.
b)
Bentuk-bentuk Berzina
Perbuatan zina bias dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu:
(1)Zina Mukhsan, yaitu zina yang
dilakukan oleh orang yang balig, berakal, merdeka, sudah pernah nikah secara
sah.
(2)Zina Ghairu Mukhsan, zina
yang dilakukan oleh orang yang belum pernah nikah.
c)
Akibat Negatif Berzina
Akibat negative yang paling fatal bagi
semua orang yang berzina adalah akan terjangkit penyakit acquired immune
deficiency syndrome (AIDS). Penyakit kelamin yang menyengsarakan fisik,
mental, dan sosial. Secara fisik biologis, seseorang yang terinfeksi virus HIV
(human immune virus) akan kehilangan sistem kekebalan tubuh untuk
melawan penyakit secara perlahan.
d)
Upaya Menghindari Berzina
Setiap muslim berkewajiban untuk menjaga
dari jatuhnya harga diri dan rusaknya kehormatan keluarga. Apabila seorang
telah terbukti melakukan perbuatan zina, maka hancurlah martabatnya di hadapan
khalayak. Karena itu, dengan penuh kesadaran setiap muslim harus dapat
membentengi diri dari semua perbuatan yang mengarah pada perzinaan.
4)
Mencuri
a)
Pengertian Mencuri
Mencuri adalah mengambil milik orang
lain untuk dijadikan milik sendiri dengan cara yang tidak sah, baik menurut
hukum adat maupun hukum agama.
b)
Bentuk-Bentuk Mencuri
Adapun bentuk-bentuk perbuatan mencuri
meliputi berikut ini:
(1)Mencuri
atau mencopet.
(2)Menyamun,
merampok, atau membajak.
c)
Akibat Negatif Mencuri
Adapun akibat negative perbuatan
mencuri, sebagai berikut:
(1)Menentang
hukum Allah,
(2)Mengabaikan
norma masyarakat,
(3)Menyengsarakan
kehidupan pribadi dan keluarga,
(4)Meresahkan
kehidupan masyarakat, dan
(5)
Menjadi
penyebab terbukanya pintu kejahatan.
d)
Upaya Menghindari Mencuri
Islam menanggulangi kasus pencurian
dengan cara mendidik dan membersihkan jiwa manusia dengan akhlak yang luhur
agar jangan memilki hak orang lain. Disamping itu, Islam mengajak kaum muslimin
agar giat bekerja mencari penghidupan, membenci pengangguran, dan mencela sifat
kikir.
5)
Konsumsi Narkoba
a)
Pengertian Konsumsi Narkoba
Konsumsi narkoba dalam Bahasa Arab
disebut dengan kata mukhaddirun, mukhaddiratun. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, konsumsi narkoba diartikan obat untuk menenangkan saraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan mengantuk atau merangsang.
b)
Bentuk-Bentuk Konsumsi Narkoba
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika telah dikemukakan berbagai jenis
narkotika, yaitu sebagai berikut:
(1)Tanaman
Papaver somniferum L, termasuk biji, buah, dan jeraminya.
(2)Opium
mentah, yaitu getah yang membeku dari buah papaver.
(3)Opium masak, baik berupa candu untuk pemadatan maupun
jicing, yakni sisa-sisa candu yang telah dihisap atau jicingko, yaitu hasil
olahan jicing.
(4)Opium
obat, yaitu hasil olahan opium mentah untuk pengobatan.
(5)Morfina,
yaitu alkoida utama dari opium dan heroin (hasil olahan dari morfin dengan
campuran acetic anhydride)
(6)Tanaman
koka dan daunnya.
(7)Kokain
mentah, hasil perolehan dari daun koka yang dapat diolah untuk mendapatkan
kokain.
(8)Semua
bagian dari tanaman ganja
(9)Garam-garam
dan turunan-turunan dari morfina dan kokain.
(10)
Bahan lain, baik
alamiyah, sintesis, maupun semi sintesis yang belum disebutkan yang dapat
dipakai sebagai pengganti morfina atau kokain.
c)
Akibat Negatif Konsumsi Narkoba
Bahaya
Narkotika terhadap pemakainya, antara lain:
(1)Merusak
jasmani, akal, dan mental, lebih berta daripada yang diderita oleh peminum
khamar.
(2)Reflex
yang bermanfaat untuk menjaga tubuhnya akan menurun sehingga tidak dapat
memberikan reaksi yang cepat.
(3)Iman
dan keyakinan agamanya secara berangsur-angsur akan lenyap dari dirinya
sehingga tidak malu lagi melakukan perbuatan tercela yang melanggar norma-norma
agama dan susila.
(4)Semangat
belajar dan bekerja akan menurun sehingga akan mengalami kegagalan dan
ketidakberhasilan.
(5)Bagi pemakai narkotika yang sudah mengalami
ketergantungan, pada badannya akan timbul gejala-gejala abstinensi, yakni akan
menderita kegelisahan yang sangat, badannya akan terasa sakit semua, banyak
keluar keringat, muntah-muntah, kejang pada otot dan terjadi penurunan berat
badan secara drastic.
d)
Upaya Menghindari Konsumsi Narkoba
Upaya yang harus dilakukan setiap muslim
agar dapat menghindari narkoba, diantaranya:
(1)Mengenal
dan memahami secara mendetail macam dan bentuk narkoba serta manfaat ataupun madaratnya
yang dapat merusak kehidupan manusia.
(2)Menggali
lebih dalam ketentuan hukum agama ataupun Negara berkaitan dengan penggunaan
narkoba dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia.
(3)Berusaha
menjauhi pergaulan dengan orang yang mengkonsumsi narkoba karena pergaulan
orang muslim sangat besar pengaruhnya dalam bentuk perilaku.
(4)Berusaha
mencari alternative solusi yang dibolehkan oleh hukum agama ataupun hukum
Negara terhadap berbagai masalah yang dihadapi pada semua aspek kehidupan.
(5)Meningkatkan
kesadaran untuk menjalankan ketaatan beragama secara tulus ikhlas ataupun
senantiasa melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi
ataupun sosial.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
bentuk mabuk-mabukan, alangkah baiknya jika dalil surat Al-Maidah/5: 90-91 yang
terdapat pada tazkirah dituliskan dalam bentuk mabuk-mabukan.
b) Dalam
akibat negative mabuk-mabukan penjelasannya sudah bagus karena menjelaskan
tentang penggunaan etanol baru setelah itu menjelaskan akibat negatifnya.
c) Dalam
upaya menghindari mabuk-mabukan belum ada penjelasan yang menyangkut tentang
upaya menghindari mabuk-mabukan.
d) Dalam
berjudi tidak ada dalil yang menguatkan penjelasannya. Alangkah baiknya jika
disebutkan juga dalilnya dalam point bentuk berjudi.
e) Dalam
akibat negative berjudi dan upaya menghindari sudah baik sekali penjelasannya.
f) Dalam
akibat negative zina sebaiknya dalil haditsnya dituliskan. Adapun penjelasannya
sudah sangat baik.
g) Dalam
upaya menghindari berzina penjelasannya kami rasa kurang, yang ada malah
penjelasan tentang hikmah menghindari berzina.
h) Dalam
sub bab mencuri, penjelasannya sudah sangat baik, mulai dari pengertian, bentuk-bentuk,
akibat negative, maupun upaya menghindari mencuri semua penjelasannya kami rasa
sudah baik. Apalagi dalam upaya menghindari mencuri disebutkan pula hikmah
menghindari perbuatan mencuri.
i) Dalam
bentuk-bentuk konsumsi narkoba terdapat kalimat yang rancu pada paragraph ke-3
kalimat terakhir. Yakni “produk suplemen makanan ataupun minuman yang mudah
didapatkan baik”. Dalam sub bab ini juga tidak disebutkandalil yang
mengutakanbahawa konsumsi narkoba itu diharamkan.
j) Dalam
akibat negative konsumsi narkoba terdapat kata “bahaya narkotika terhadap
pemakainya”, alangkah baiknya jika diganti dengan “akibat negative konsumsi
narkoba terhadap pemakainya. Agar sesuai dengan tema sub-babnya.
k) Dalam
upaya menghindari konsumsi narkoba penjelasannya sudah baik.
4. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas XI Semester 2
a. BAB 5: TASAWUF
1) Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana.
2) Sumber Ajaran Tasawuf
Tasawuf bersumber pada ajaran Islam
karena dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat.
3) Maqamat dalam Tasawuf
Maqamat dalam
tasawuf adalah zuhud, taubah, wara’, kefakiran,, sabar, tawakal, dan rida.
4) Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya
membagi tasawuf kepada tiga bagian, tasawuf falsafi, tasawuf akhlaqi, dan
tasawuf ‘amali. Ketiga macam tasawuf itu tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan
menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji.
5) Perilaku Tasawuf
a) Mahabbah
Menurut Rabi’ah al-Adawiyah, dorongan
mahabbah kepada Allah berasal dari diri seseorang sendiri dan juga karena hak
Allah untuk dipuja dan dicintai.
b) Makrifat
Tokoh utama paham makrifat adalah Zunnun
al-Misri. Menurut Zunnun, untuk menjelaskan paham makrifat perlu diketahui
pengetahuan tentang Tuhan. Ada tiga macam pengetahuan untuk mengetahui Tuhan,
yaitu:
(1)Dengan
perantara syahadat;
(2)Dengan
logika (akal pikiran yang sehat);
(3)Dengan
perantara hati sanubari.
6) Fungsi Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Kehadiran tasawuf dapat melatih manusia
agar memilih ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Hal ini menyebabkan
seseorang akan selalu mengutamakan pertimbangan pada setiap masalah yang
dihadapi. Dengan demikian, ia akan terhindar dari perbuatan tercela menurut
agama.
7) Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Tasawuf merupakan fenomena individual
yang telah membuka cakrawala baru dalam dunia modern. Hal ini bisa menjadi obat
alternative seiring dengan adanya krisis spiritual yang melanda masyarakat
dunia saat ini.
8) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a. Judul
sub bab tentang pengertian tasawuf alangkah baiknya diganti hakikat tasawuf.
Karena dari penjelasannya kesimpulan akhirnya menyebutkan tentang esensi atau
hakikat tasawuf.
b. Pada
point maqamatdalam tasawuf.yakni tawakal, penjelasannya terlalu sedikit,
sebaiknya ditambahi lagi penjelasannya.
c. Pada
point perilaku tasawuf yaitu mahabbah terdapat kata “bentuk-bentuk perilaku
tasawuf dapat dilakukan melalui berbagai macam perbuatan, diantaranya dalam
bentuk mahabbah dan makrifat”. Seharusnya diletakkan setelah point perilaku
tasawuf, baru setelah itu point tentang mahabbah.
-
Pada sub tema
mahabbah tidak ada tingkatan-tingkatan mahabbah. Seperti pada sub point
makrifat yang mencantumkan tingkatan-tingkatannya.
d. Pada
sub bab fungsi tasawuf dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern memiliki
penjelasan yang hampir sama. Menurut kami sebaiknya kedua sub bab tersebut
dijadikan satu.
b. BAB 6: PERILAKU TERPUJI
1) Adil
a) Pengertian
Adil
Pengertian adil menurut ilmu akhlak
ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu
sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai kesalahan dan pelanggarannya.
b) Karakteristik
Sikap Adil
Disamping keadilan hukum, Islam
memerintahkan kepada umat manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk
bersikap adil dalam segala aspek kehidupan baik, terhadap diri, keluarga,
ataupun orang lain. Bahkan, kepada musuh pun kita harus berbuat adil.
c) Nilai
Positif Sikap Adil
Jika seseorang mampu mewujudkan keadilan
dalam dirinya sendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya,
memperolaeh kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan
kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukhrawi. Jika
keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman, tentram, serta damai sejahtera
lahir dan batin.
d)
Membiasakan
Sikap Adil
Seseorang hendaknya membiasakan diri
berlaku adil, baik terhadap dirinya, kedua orang tuanya, saudara-saudaranya,
anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya, masyarakatnya, bangsa dan negaranya,
maupun terhadap sang Khalik (Allah swt.)
2) Rida
a) Pengertian
Rida
Rida adalah ketetapan hati untuk
menerima segala keputusan yang telah ditetapkan.
b) Karakteristik
Sikap Rida
Apabila dirinut dalam berbagai pendapat
ahli hikmah, rida dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu rida kepada
Allah, rida pada apa yang datang dari Allah, dan rida pada qada Allah.
c) Nilai
Positif Sikap Rida
Rida merupakan bentuk kesadaran diri,
perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang berkenan sepenuh
hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi dengan sepenuh hati
untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan
rasa kasih sayang.
d) Membiasakan
Sikap Rida
Rida kepada Allah itu bersumber dari
iman (Q.S. al-Baqarah/2:165). Makin tebal iman seseorang, makin ridanya kepada
Allah. Bahkan, apabila disebutkan nama Allah, hatinya akan bergetar. (Q.S.
al-Anfal/8:2)
3) Amal Saleh
a) Pengertian
Amal Saleh
Amal saleh berarti perbuatan
sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama
yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama
manusia.
b) Karakteristik
Amal Saleh
Secara umum, pengelompokkan amal itu
terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik) dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang
buruk).
c) Nilai
Positif Amal Saleh
Amal saleh (kebaikan) laksana pohon kayu
yang menghasilkan buah yang enak dan lezat rasanya, baik dalam kehidupan di
dunia maupun di akhirat.
d) Membiasakan
Amal Saleh
Mengerjakan amal saleh dalam arti kata
yang seluas-luasnya adalah kewajiban bagi setiap manusia, baik sebagai pribadi
maupun selaku umat, kaum, dan bangsa. Sesungguhnya, kedudukan seseorang, suatu
kaum, atau bangsa sangat ditentukan oleh amal perbuatannya.
4) Persatuan
a) Pengertian
Persatuan
Persatuan diartikan sebagai bentuk
kecendurungan asasi manusia yang diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan;
melakukan pengelompokkan dengan sesame manusia menurut pertimbangan atau ikatan
tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
b) Karakteristik
Persatuan
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk
menjaga persatuan dengan sesame muslim. Persatuan akan membawa kemaslahatan
bersama. Dalam menjaga persatuan, ada beberapa prinsip Al-Qur’an yang harus
ditegakkan, antara lain:
(1) Persatuan dalam ikatan tali Allah (Q.S.
Ali Imron/3:103);
(2) Mengakui persamaan harkat dan martabat
sesame (Q.S.al-Hujurat/49:13);
(3)Senasib,
saling membela dan melindungi (Q.S. at-Taubat/9:71);
(4)Umat
yang harmonis, umat pertengahan (Q.S. al-Baqarah/2:143).
c) Nilai
Positif Sikap Persatuan
Hikmah persatuan adalah dapat
menciptakan kehidupan yang rukun dengan menegakkan nilai-nilai keadilan,
perdamaian, kemaslahatan, serta terbinanya pola hubungan antarsesama manusia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kasih saying sesame makhluk ciptaan
Allah.
d) Membiasakan
Sikap Persatuan
Agama Islam mementingkan persatuan dalam
ikatan tali Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah
al-Mu’minun/23:52. Menurut hadis Nabi SAW., orang mukmin satu dengan mukmin
lainnya seperti satu bangunan, bagian-bagiannya saling mengukuhkan satu sama
lain.
5) Kerukunan
a) Pengertian
Kerukunan
Kerukunan adalah satu tata pikir atau
sikap hidup (thalent attitude) yang menunjukkan kesabaran dan kelapangan
dada menghadapi pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, dan pendirian orang.
b) Karakteristik
Kerukunan
Kerukunan adalah salah satu tata pikir
yang diajarkan oleh Islam, terutama kerukunan mengenai beragama. Salah satu
ajaran Islam yang digariskan Allah untuk menjadi pegangan kaum muslimindalam
kehidupan beragama adalah Surah al-Baqarah Ayat 256.
c) Nilai
Positif Sikap Kerukunan
Sikap rukun mengandung manfaat yang amat
besar bagi setiap orang yang melakukan, antara lain:
(1)Memperkukuh
persatuan dan kesatuan yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai cita-cita yang
tinggi dan mulia;
(2)Memudahkan
seseorang untuk mengais rizeki;
(3)Menimbulkan
ketentraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat;
(4)Menjadi
pilar utama untuk memberdayakan potensi dan membangun masyarakat ke arah yang
lebih maju dan berperadaban;
(5)Menjadi
tolak ukur solidaritas kemanusiaan yang akan mengantarkan kesejahteraan
kehidupan dalam bermasyarakat;
(6)Memiliki
dampak bagi terciptanya masyarakat yang beradab dan sebagai sarana mendapatkan
rahmat Allah.
d) Membiasakan
Sikap Kerukunan
Untuk
mampu menghayati betapa pentingnya memelihara kerukunan, kita harus merenungkan
betapa besar kerusakan yang diakibatkan desas-desus atau kabar angin yang jahat
terhadap pergaulan sesama manusia.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
point tentang karakteristik sikap adil terdapat beberapa contoh sikap adil
dalam Al-Qur’an alangkah baiknya jika dalilnya diikutsertakan dalam penulisan
jadi tidak hanya artinya saja agar para siswa lebih mudah dalam mempelajarinya.
b) Dalam
point tentang nilai positif sikap adil alangkah baiknya jika dibuat menjadi
point-point agar memudahkan siswa dalam memahami.
c) Dalam
nilai positif sikap ridha menurut hasil telaah kami belum ada penjelasan yang
lebih spesifik tentang nilai-nilai tersebut. Alangkah baiknya jika ditambahkan
point-point yang memuat tentang nilai-nilai positif sikap ridha agar siswa
mudah memahaminya.
d) Dalam
point tentang karakteristik sikap persatuan belum ada dalil yang dicantumkan
dalam pembahasan. Sebaiknya dalam penjelasan beberapa prinsip Al-Qur’an harus
ditegakkan dalam persatuan dalil dan artinya disebutkan agar melengkapi
penjelasan kemudian ada hadits yang hanya disebutkan artinya, alangkah baiknya
dituliskan juga haditsnya agar lebih lengkap.
e) Dalam
point tentang nilai positif sikap persatua terdapat kata ”hikmah persatuan”
seharusnya menurut kami diganti dengan “nilai posiitf sikap persatuan” untuk
menyesuaikan dengan sub temanya.
f) Dalam
membiasakan kerukunan belum ada dalilnya.
c. BAB 7: AKHLAK DALAM PERGAULAN REMAJA
1) Pengertian Masa Remaja
Masa
remaja sebagai masa pencarian identitas diri.
2) Perkembangan Emosi Masa Remaja
Beberapa
keadaan emosi pada usia remaja yang paling menonjol dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Gangguan jiwa berat
sering kali muncul pertama kali pada usia remaja.
b) Gangguan kepribadian
c) Menantang atau melawan tatanan dari
sistem kehidupan yang menurutnya tidak sesuai.
d) Mencari perhatian dengan
menonjolkan kelebihan yang dimilikinya sehingga keberadaannya ingin diakui.
e) Butuh akan cinta dengan mulai
merasakan adanya kecenderungan pada lawan jenis.
f) Terikat dengan kelompok sehingga
sering terjadi konflik antara anak dan orangtuanya.
g) Ingin tahu dan mencba
sesuatu yang baru.
h) Mencari figure idola di
luar rumah yang dirasa paling baik bagi dirinya.
3) Nilai Negatif Pergaulan Remaja
Setiap
remaja harus mewaspadai perilaku suka keluyuran, menghabiskan waktu tanpa
agenda dan tujuan yang jelas; ermalas-malasan dan suka menunda atau meringankan
pekerjaan; ragu-ragu dan cenderung bimbang menjalani kehidupan; sering
mengecilkan kemampuan dan potensi diri; mementingkan bermain ataupun santai
daripada belajar.
4) Akhlak dalam Pergaulan Remaja
Secara
faktual harus diakui bahwa dalam kehidupan remaja terdapat beberapa hal khusus
yang perlu mendapat perhatian, disamping ketentuan umum tentang hubungan
bermasayarakat. Beberapa hal khusus tersebut, antara lain tentang mengucapkan
dan menjawab salam, berjabat tangan, khalwat, serta mencari teman yang baik.
5) Membina Akhlak Remaja
Akhlak
yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha orang-orang
bertakwa. Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke derajat
tertinggi. Tidak ada amalan yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di
hari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik.
6) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam
pengertian masa remaja belum ada pengertian tentang masa remaja. Peletakkan
tentang pengertian remaja malah ditaruh sebelum point tentang masa remaja. Seharusnya pengertian
itu diletakkan dalam point tentang pengertian remaja.
b) Dalam
bab ini tidak ada dalil dari Al-Qur’an.
Alangkah baiknya ditambah dengan dalil yang menguatkan penjelasan tentang ahlak
dalam pergaulan remaja.
d. BAB 8: PERILAKU TERCELA
1) Israf
a) Pengertian
Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan) dapat
dimaknai sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang di luar kewajaran
ataupun kepatutan karena kebiasaan yang dilakukan untuk memuaskan kesenangan
diri secara berlebihan.
b) Bentuk-Bentuk
Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan) yang berwujud
dalam bentuk pamer kekayaan dan berjiwa sombong akan menyebabkan kehancuran
diri sendiri karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan sosial.
c) Nilai
Negatif Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan)
mengakibatkan amal ibadah orang yang memiilki sifat tersebut terhenti dan tidak
sabar. Bahaya melampaui batas (berlebihan), bekasnya dapat menghilangkan
keteguhan dan keseimbangan yang dituntut agama dalam melaksanakan berbagai
tanggung jawab hukum.
d) Upaya
Menghindari Sikap Israf
Islam mengajarkan sifat kebersahajaan.
Setiap muslim dilarang mengikuti nafsu syahwat. Sederhanakanlah dan tundukkan
nafsu dengan akal sehat.
2) Tabzir
a) Pengertian
Sikap Tabzir
Boros sebagai perbuatan yang dilakukan
dengan cara menghambur-hamburkan uang ataupun barang karena kesenangan ataupun
kebiasaan.
b) Bentuk-Bentuk
Sikap Tabzir
Rasulullah menegaskan bahwa bukan hanya
dalam makan atau minum yang dimaksud boros, malah dalam beribadah.
c) Nilai
Negatif Sikap Tabzir
Pamer kekayaan dan berjiwa sombong akan
menyebabkan kehancuran diri sendiri karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan
sosial.
d) Upaya
Menghindari Sikap Tabzir
Islam menganjurkan hidup sedernaha dan
tidak boleh sombong dengan menzalimi diri sendiri ataupun orang lain.
3) Fitnah
a) Pengertian
Sikap Fitnah
Fitnah diartikan sebagai perkataan yang
bermaksud menjelekkan orang.
b) Bentuk-Bentuk
Sikap Fitnah
Menurut Sayyid Qutub, yang dimaksud
dengan fitnah dalam Al-Qur’an adalah fitnah terhadap agama Islam dan umatnya,
baik berupa ancaman, tekanan, dan terror secara fisik, maupun berupa sistem
yang merusak, menyesatkan, dan menjauhkan umat manusia dari sistem Allah.
c) Nilai
Negatif Sikap Fitnah
Dengan menggunjing, keburukan orang lain
ditonjolkan, rasa percaya dan kasih itu sirna. Orang yang memfitnah dan
menggunjing, bearti menunjukkan kelemahan dan kemiskinannya sendiri. Orang yang
menggunjing dan memfitnah juga bukan agamawan yang baik.
d) Upaya
Menghindari Sikap Fitnah
Hikmah
menghindari sikap memfitnah adalah:
(1)Kedamaian
dan ketentraman;
(2)Menumbuhkan
persaudaraan;
(3)Akan
tercipta persatuan dan kesatuan.
4) Hasil telaah
Secara umum
penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada beberapa bagian
yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pengertian
sikap israf
Dalam hal ini belum ada
penulisan dalil haditsnya, padahal menurut kami penyertaan hadist tersebut bisa
lebih melengkapi penjelasan.
b) Dalam
bentuk-bentuk sikap israf dan tabzir, penjelasannya kurang jelas alangkah
baiknya jika ditambah penjelasan lagi agar siswa
lebih paham tentang bentuk-bentuk sikap israf dan tabzir.
c) Dalam
upaya menghindari sikap israf dan tabzir tidak ada penjelasannya secara
terperinci sehingga membingungkan siswa dalam memahaminya.
d) Nilai
negative sikap tabzir, penjelasannya
terlalu sedikit hanya disebutkan satu
nilai negatifnya itupun kurang jelas, alangkah baiknya diperbanyak lagi
penjelasannya.
e) Dalam
pengertian sikap fitnah terdapat dalil Al-Qur’an namun hanya disebutkan
maknanya saja. Alangkah lebih baik jika dalilnya dituliskan agar lebih lengkap
penjelasannya.
f) Point
upaya menghindari sikap firnah. Penjelasannya kurang, alangkah baiknya bila
ditambah penjelasan tentang upaya menghindari sikap fitnah karena dalam
penjelasannya hanya dijelaskan tentang ghibah yang dibenarkan dan hikmah
menghindari sikap fitnah.
g) Point
nilai negative sikap israf dan fitnah sebaiknya di beri point-point agar
memudahkan peserta didik dalam memahaminya.
BAB
III
ANALISIS
Setelah
kami menelaah dan menjelaskan materi akidah akhlak madrasah aliyah, ternyata
masih ada beberapa hal yang masih perlu disesuaikan denagan materi ajar yang
menurut kami sudah cukup baik, namun ada beberapa hal yang perlu dibenahi
kembali.
Untuk
itu, kami mencoba menganalisis materi akidah akhlak madrasah aliyah per
semesternya dan analisis dari beberapa aspeknya, dan memberikan beberapa rekomendasi
sebagai berikut:
A.
Analisis Per Semester
Menurut hasil
telaah kami, secara umum penjelasan pada buku ajar akidah akhlak sudah cukup
baik, namun ada beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan,
diantaranya adalah:
1.
Kelas X Semester 1
a.
Pada bab 1 point 2) prinsip-prinsip akidah, penjelasannya
belum berisi tentang prinsip-prinsip akidah secara terperinci. Kemudian dalam
point 4) metode peningkatan akidah, tidak dijelaskan secara spesifik, hanya
berisi tentang iman.
b.
Pada bab 2 point 2) makna kalimat tauhid la ilaha
illallah, kalimat la ilaha illallah belum dijelaskan maknaya. Kemudia point 3)
macam-macam tauhid, pada tauhid uluhiyah belum ada dalilnya sedangkan 3 yang
lain sudah disertai dalil.
c.
Pada bab 3 pada point syirik besar, jenisnya ada irodah,
penjelasannya belum ada untuk point tersebut.
d.
Pada bab 4 pada sub bab bahasan metode peningkatan
kualitas akhlak dan kualitas akhlak dalam kehidupan, penjelasannya tidak sesuai
dengan judul sub babnya.
2.
Kelas X Semester 2
a.
Pada bab 5, dalam sub bab menguraikan 10 asmaul husna,
ada 2 tempat yang tidak disertai dalil, yaitu pada penjelasan An-Nafi’ i dan Al-Afuww.
b.
Pada bab 6, dalam point e) membiasakan diri
bertobat,penjelasannya kurang spesifik, seharusnya dibuat point-point dan bukan
berupa paragraf-paragraf panjang.
c.
Pada bab 7, dalam sub bab hikmah kisah ria, hanya
dijelaskan kisah pada zaman sahabat, namun tidak dijelaskan hikmah dari kisah
tersebut.
3. Kelas XI Semester 1
a. Pada bab 1 point 3) hubungan ilmu kalam dengan
ilmu lainnya, yakni ilmu fikih dan ilmu tasawuf, belum ada penjelasan tentang
hubungan kedua ilmu tersebut dengan ilmu kalam. Kemudian point 6) penerapan
ilmu kalam, belum ada penjelasan yang
lebih spesifik tentang
penerapannya.
b. Pada bab 2 dalam aliran khawarij, sebaiknya
dalil surah al-Maidah ayat 44 dituliskan ayatnya.
c. Pada bab 3, dalam point pengertian akhlak
berpakaian, akhlka berhias, akhlak perjalanan, akhlak bertamu, dan akhlak
menerima tamu, belum ada penjelasan tentang pengertian akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu. Kemudian dalam point c) nilai
positif akhlak berpakaian, tidak dijelaskan secara jelas tentang nilai-nilai
positifnya.
d. Pada bab 4, dalam point d) upaya menghindari
mabuk-mabukan, belum ada penjelasan yang menyangkut tentang upaya menghindari
mabuk-mabukan. Kemudian dalam point upaya menghindari berzina, penjelasannya
hanya menjelaskan tentang hikmah menhindari berzina.
4. Kelas XI Semester 2
a. Pada bab 5,
point maqamat dalam tasawuf, yakni tawakal,
penjelasannya terlalu sedikit.
Kemudian pada sub tema mahabbah belum ada penjelasan tentang
tingkatan-tingkatan mahabbah.
b. Pada
bab 6, dalam point nilai positif sikap rida, belum ada penjelasan yang lebih
spesifik tentang nilai-nilai tersebut.
c. Pada
bab 7, dalam point pengertian masa remaja, belum ada pengertian tentang masa
remaja. Kemudian tidak disebutkan pula dalil yang mneguatkan penjelasan tentang
akhlak dalam pergaulan remaja.
d. Pada bab 8,
dalam point bentuk-bentuk sikap israf dan tabzir, penjelasannya kurang jelas.
Kemudian dalam upaya menghindari sikap israf dan tabzir tidak ada penjelasannya
secara terperinci. Dalam nilai negatif sikap tabzir, penjelasannya terlalu
sedikit hanya disebutkan satu nilai negatifnya, itupun kurang jelas. Dalam
point upaya menghindari sikap fitnah, penjelasannya kurang dan hanya disebutkan
tentang ghibah yang dibenarkan dan hikmah menghindari sikap fitnah.
B.
Analisis dari beberapa aspek
1.
Aspek Metodologi
Menurut Dr. ahmad
Tafsir, metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.[12]Dalam
penyampaian materi banyak sekali metode yang dapat digunakan, namun tidak metode itu dapat diterapkan dalam tiap materi
yang diajarkan, termasuk dalam materi akidah akhlak. Seorang guru harus pandai
dalam memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak
merasa jenuh dengan materi yang ada. Dalam materi akidah akhlak ini menurut
kami metode yang sesuai dan tepat yakni metode ceramah, Tanya jawab, dan suri
tauladan.
Dalam dunia pendidikan, metode ceramah digunakan
oleh seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaran untuk memberi
keterangan, informasi atau penjelasan agar peserta didik memahami persis
seperti yang disampaikan gurunya. Kemudian setelah itu guru dapat menerapkan
metode Tanya jawab baik pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru pada
siswaataupun sebaliknya pula dari siswa kepada guru. Metode ini digunakan
dengan maksud untuk merangsang peserta didik untuk berfikir dan membimbing
dalam mencapai kebenaran. Kemudian diterapakan juga metode suri tauladan yakni metode yang dapat
diartikan sebagai tauladan yang baik. Dengan adanya teladan yang baik, misalnya
dalam akhlak berpakaian guru memberi contoh dengan memakai pakaian yang sesuai
dengan syari’at Islam, maka akan menumbuhkan hasrat bagi peserta didik untuk
meniru dan mengikutinya, karena pada dasarnya dengan adanya contoh ucapan,
erbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu
merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik badi
pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.
2.
Aspek Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungan.[13]
Dalam hal ini, akidah akhlak mempunyai peranan dalam perkembangan akhlak dan
psikis siswa. Dengan adanya akhlak-akhlak terpuji maupun yang tercela yang
terdapat dalam materi akidah akhlak, setidaknya dapat berpengaruh pada perilaku
siswa. Akhlak yang terpuji hendaknya ditiru dan di amalkan serta akhlak yang
tercela dapat ditinggalkan oleh peserta didik
3.
Aspek Sosial
Sosial dapat berarti
kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain.
Dalam aspek social ini, materi akidah tentang akhlak terpuji seperti akhlak
dalam pergaulan remaja dapat menjadikan siswa dapat berinteraksi sosial dengan
baik terhadap sesamanya, dan menghindari akhlak tercela sehingga terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan.
4.
Aspek Pendidikan
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.[14]
Dalam aspek ini dengan beberapa pelajaran yang ada,
diharapkan siswa dapat bersungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap perbuatan
terpuji. Begitupun juga dalam menjauhi perbuatan tercela, siswa diharapkan
bersungguh-sungguh dalam menghindarinya agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan yang tidak diiinginkan.
5.
Aspek penulisan
dan isi
Dari buku yang kami telaah, secara umum
sudah cukup baik, setiap awal bab disajikan cover dengan ilustrasi sebagai
gambaran awal tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. Ada pula hal-hal
yang perlu dibenahi, yaitu pada penjelasan materi berupa paragraf-paragraf
panjang sehingga siswa akan jenuh untuk mempelajarinya, istilah asing yang
belum disertai penjelasan dan juga tidak dicetak miring, kurangnya kesamaan
arah antara lembar tugas dengan penjelasan materi, serta penulisan asma’ul
husna yang belum disertai dengan tulisan bahasa arab.
C. Rekomendasi
Dari hasil
tela’ah yang kami lakukan terhadap kelayakan materi akidah akhlak dari segi
penjelasannya, kami memaparkan beberapa rekomendasi, diantaranya adalah:
1.
Penjelasan materi sebaiknya ditulis dengan point-point, dan dihindari
penulisan dengan paragraf-paragraf panjang.
2.
Penulisan asma’ul husna sebaiknya disertai dengan penulisan arabnya bukan
hanya dengan tulisan indonesia.
3.
Pembuatan lembar tugas hendaknya disesuaikan dengan materi yang
disampaikan.
4.
Penulisan kata asing hendaknya dicetak miring dan juga disertai penjelasan.
5.
Pada penjelasan kelas 2 semester 1 bab 4 tentang perilaku tercela dalam
sub bab konsumsi narkoba hendaknya ditambah penjelasan tentang dalil yang
mengatakan bahwa konsumsi narkoba itu diharamkan. Dalil yang digunakan adalah
dalil qiyas yakni qiyas ‘illah. Pada qiyas ‘illah, far’ disamakan
dengan ashl berdasarkan sifat yang diketahui sebagai landasan (manath)
penetapan hokum pada ashl, dan sifat itu terdapat pada ‘far. Misalnya:
mengqiyaskan narkoba kepada khamar atas dasar iskar (sifat memabukkan)
sebagai illah-nya. Jenis inilah yang telah disepakati sebagai qiyas.[15]
BAB
IV
PENGAKHIRAN
D. Kesimpulan
1. Telaah
Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah adalah penyelidikan mengenai
bebrapa materi tentang kesulitan-kesulitan, kemudahan, kelebihan dan kekurangan
yang mungkin ada pada materi yang
dikaji, dengan menjelaskan tentang bahan yang disampaikan yaitu yang mengenai
suatu kepercyaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau kelakuan, baik
akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran
tingkat tinggi atau atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata
pelajaran dasar.
2. Penjelasan
materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah meliputi akhlak terpuji dan akhlak tercela.
Pada kelas X dijelaskan tujuh materi pelajaran, sedangkan di kelas XI berisi
delapan materi peajaran.
3. Dari
hasil telaah penyusun, pada penjelasan materi Akidah Akhlak cukup baik, namun
masih ada beberapa yang perlu dibenahi, yaitu penjelasan berupa
paragraf-paragraf panjang, istilah asing yang belum disertai penjelasan dan
juga tidak dicetak miring, kurangnya kesamaan arah antara lembar tugas dengan
penjelasan materi, serta penulisan asma’ul husna yang belum disertai dengan
tulisan bahasa arab.
E. Saran dan Harapan
1. Guru
juga sangat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Oleh
karena itu, guru juga harus menguasai bahan ajar yang akan disampaikan dan
penggunaan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
2. Di
harapkan bagi peserta didik dapat menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa,
berilmu, berperilaku adil dan jujur, giat dalam belajar serta berakhlaq al-karimah yang baik sesuai tuntunan agama
Islam.
3. Semoga hasil telaah
kami ini bisa sampai pada penerbit sehingga diharapkan bisa menjadi bahan tolak
ukur untuk memperbaiki buku ajar yang telah ada.
4. Harapan
penulis semoga karya yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat membawa
manfaat yang lebih banyak bagi siapa saja yang membaca makalah ini.
F. Kata Penutup
Alhamdulillah dengan segala puji syukur
penulis panjatkan kehadirat illahi Rabbi karena berkat rahmat, taufik dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Tela’ah
Penjelasan Materi Akidah Akhlaq Madrasah Aliyah.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin
dengan segala kemampuan, namun penulis yakin hasilnya masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan
khususnya kepada para pembaca.
Akhirnya penulis berdo’a semoga tela’ah
penjelasan materi Aqidah Akhlaq Madrasah Aliyah ini dapat membawa manfaat dan
semoga Allah SWT. Selalu menunjukan kepada kita jalan yang lurus yaitu jalan
orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang yang tersesat. Amin Ya
Rabbal Alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Abu dan M. Uma. 1992. Psikologi
Umum Edisi Revis.,
Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Burhanuddin. “Apa Sih Akidah dan Akhlak itu???”. http://blog.uin-malang .ac.id/burhannudin/2011/03/09/apa-sih-aqidah-dan-akhlak-itu/
Departemen Pendidikan
Nasional. 2007. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Gerungan, Raflen A. “Pengertian Pendidikan”. http: //raflengerungan. Wordpress
.com / korupsi-dan-pendidikan/pengertian-pendidikan/
Khoiri, Nur. 2011.
Metodologi
Pembelajaran PAI. Jepara: INISNU.
Nasution,
Lahmudin. 2001. Pembaruan Hukum Islam dalam Madzhab Syafi’i. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1.
Rahman, Roli Abdul,
dan M. Khamzah. 2007. Menjaga Akidah
Akhlak untuk kelas X Madrasah Aliyah. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
______, 2008. Menjaga Akidah Akhlak untuk kelas XI Madrasah
Aliyah. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Winchester, Dean. “Manfaat
Belajar Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa”.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2027520-manfaat
-belajar-pendidikan-akidah-akhlak/#ixzz1tm4GgVjZ
Zhuldyn. “Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
Sehari-hari”.
http: //zhuldyn.
wordpress.com/materii-lain/agama/implementasi-akhlak-dalam-kehidupan sehari-hari/
[1] Dean Winchester, “Manfaat Belajar Pendidikan Akidah Akhlak Terhadap
Perilaku Siswa”, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2027520-manfaat-belajar-pendidikan-akidah-akhlak/#ixzz1tm4GgVjZ
[2] Zhuldyn,
“Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari”, http: //zhuldyn. wordpress.com/materii-lain/agama/implementasi-akhlak-dalam-kehidupan-sehari-hari/
[3] Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
Cet. 4, hlm. 1160
[4] Ibid, hlm. 356.
[5] Ibid. Hlm. 638
[6] Ibid., hlm.723
[7] Burhanuddin,
“Apa Sih Akidah dan Akhlak itu???”, http://blog.uin-malang.ac.id/
burhannudin /2011/03/09/apa-sih-aqidah-dan-akhlak-itu/
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Departemen Pendidikan
Nasional, Op.Cit., hlm. 694
[12] Nur Khoiri, Metodologi
Pembelajaran PAI., (Jepara:INISNU, 2011), hlm. 5.
[13] Abu Ahmad dan M. Uma, Psikologi
Umum Edisi Revisi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1992), hlm. 3
[14] Raflen A. Gerungan, “Pengertian
Pendidikan”, http://raflengerungan.wordpress.com/
korupsi-dan-pendidikan/pengertian-pendidikan/
[15] Lahmudin Nasution, Pembaruan
Hukum Islam dalam Madzhab Syafi’I, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
Cet.1, hlm. 100-101.
Post a Comment for "TELA‘AH PENJELASAN MATERI AKIDAH AKHLAK MADRASAH ALIYAH MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tela’ah Materi PAI 2 Dosen Pengampu: Drs. H. A. Slamet, M. S. I. DISUSUN OLEH: KELOMPOK 7 1. Anik Listanti (229017) 2. Zumala Laili (229079) 3. Chusniyatus Zahroh (229029) 4. Suliyati (229160) Fakultas/Semester: Tarbiyah/VI A INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (INISNU ) JEPARA 2012 Jl. Taman Siswa No. 09 (Pekeng) Tahunan Jepara 59427 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan makalah ini dapat penulis selesaikan. Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul “Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah (MA)”, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tiada tara kepada: 1. Bapak Drs. H. A. Slamet, M. S. I. selaku dosen mata kuliah Tela’ah Materi PAI 2 yang telah mencurahkan tenaga dan fikirannya demi terselesaikannya makalah ini. 2. Teman-teman semua yang telah memberikan semangat serta dorongan demi keberhasilan penulisan makalah ini. Teriring doa dan harapan semoga amal baik dan jasa dari semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. Penulis sangat menyadari, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusunan makalah ini, penulis yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sebagai bekal menuju yang lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi khazanah keilmuan pendidikan Islam. Amien. Jepara, Juli 2012 Penyusun ABSTRAK Anik Listanti (NIM. 229017), Zumala Laili (NIM. 2290179), Chusniyatus Zahroh (NIM. 229029), Suliyati (NIM. 229160). Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah. Telaah ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengertian telaah penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah. 2) penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah. 3) telaah materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah. Dalam menelaah materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah ini, penulis menfokuskan pada penjelasannya. Disamping itu, kami juga menelaah dari segi substansi buku Akidah Akhlak yang kami telaah. Mulai dari judul buku, tata tulis, isi materi dan urutan sub bab yang ada serta bahasa yang digunakan. Buku Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah yang berjudul “Menjaga Akidah dan Akhlak” terdapat dua buku, yaitu untuk kelas X dan kelas XI, sedangkan untuk kelas XII tidak ada bukunya. Jadi disini kami menelaah dua buku. Dan untuk penyampaian materi Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah, tergantung dari kebijakan sekolah. Dari hasil telaah kami, ternyata buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah yang kami telaah ini cukup baik, setiap awal bab disajikan cover dengan ilustrasi sebagai gambaran awal tentang materi pelajaran yang akan dipelajari. Ada pula hal-hal yang perlu dibenahi, yaitu pada penjelasan materi berupa paragraf-paragraf panjang sehingga siswa akan jenuh untuk mempelajarinya, istilah asing yang belum disertai penjelasan dan juga tidak dicetak miring, kurangnya kesamaan arah antara lembar tugas dengan penjelasan materi, serta penulisan asma’ul husna yang belum disertai dengan tulisan bahasa arab dan masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Diantara metode yang ada dalam proses pembelajaran, dalam kaitannya dengan materi Akidah Akhlak, metode yang tepat digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan suri tauladan. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………....................ii ABSTRAK…………………………………………………………………...…..iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….……iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………..…………….…1 B. Rumusan Masalah………………………………..………………………1 C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..2 D. Manfaat Makalah……………………………….……………………….2 E. Penilaian Umum…………………………………..………………...……3 F. Sistematika Penulisan Makalah………………………..………………..4 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Telaah Penjelasan Materi Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah……………………………………………………....…….5 B. Substansi 1. Judul ……………………………………………………………...………8 2. Latar Belakang Masalah…………………………………………………9 3. Fokus Telaah………………………………………………………….…..9 C. Penjelasan Materi Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah……………………9 BAB III ANALISIS A. Analisis per Semester................................................................................70 1. Kelas X Semester 1............................................................................70 2. Kelas X Semester 2............................................................................71 3. Kelas XI Semester 1...........................................................................71 4. Kelas XI Semester 2...........................................................................72 B. Analisis dari Beberapa Aspek…………………………………………..…72 5. Aspek Metodologi..............................................................................72 6. Aspek Psikologi..................................................................................73 7. Aspek Sosial.......................................................................................74 8. Aspek Pendidikan..............................................................................74 9. Aspek Penulisan dan Isi.....................................................................74 C. Rekomendasi …………………………………………………………….…75 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………76 B. Saran-saran ……………………………………………………..……..76 C. Kata Penutup ………………………………………………...………….77 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..…78"