Stress Test for Children Key Bantulah Mereka
Anak yang nakal, malas, susah diatur, susah diberitahu, tidak menurut, pemarah, pengganggu, cari perhatian, pemurung, pendiam, usil, suka melawan, Kita tidak boleh serta merta membenci mereka akan tetapi harus menyayangi mereka karena sebenarnya mereka adalah anak anak yang bermasalah, sehingga kita sebagai orang dewasa harusnya bisa mendekati dan mencari tahu mengapa mereka bertingkah seperti itu. Selanjutnya baru kita bisa mencari solusi/membantu mereka keluar dari masalah mereka.
Menurut David Elkind kehidupan anak-anak setiap hari dipenuhi akan stres (tekanan, ketegangan) yang harus diketahui oleh guru dan orang tua. Mulai dari stres ringan hingga stres berat yang mengkhawatirkan.
Rentang stres digambarkan Elkind lewat “Stress Test for Children Key” yang memuat 44 jenis stres dengan skoring nilai dalam angka yang harus dipahami oleh guru dan orang tua agar dapat diberikan pelayanan pendampingan atau pemulihan.
Tingkat stres yang dialami seorang anak antara lain:
1 . Ancaman dan kekerasan di sekolah – angkanya 31
2 . Bergantinya tanggung jawab di rumah --- angka 29
3 . Bermasalah dengan guru – angkanya 24
4 . Bermasalah dengan Kakek Nenek – angkanya 29
5 . Berubahnya anggota keluarga --- angkanya 15
6 . Berubahnya Jam tidur – angkanya 16
7 . Berubahnya siaran teve yang biasa ditonton – angkanya 13
8 . Berubahnya waktu makan – angkanya 15
9 . Dihukum karena bicara bohong --- angkanya 11
10 . Diubahnya kebiasaan bermain – angkanya 19
11 . Diubahnya waktu di penitipan/bersama pengasuh – angkanya 20
12 . Ibu hamil – angkanya 40
13 . Ibu pergi bekerja – angkanya 47
14 . Kebiasaan yang diubah – angkanya 24
15 . Keluarga sakit – angkanya 44
16 . Kemalingan barang pribadi --- angkanya 30
17 . Kondisi keuangan keluarga bermasalah – angkanya 38
18 . Liburan bersama keluarga – angkanya 19
19 . Liburan/ berkemah --- angkanya 17
20 . Memulai suatu kegiatan baru atau kegiatan diubah – angkanya 36
21 . Menderita sakit – angkanya 53
22 . Menekan anak untuk berprestasi secara tak patut – angkanya 63
23 . Menerima atau kehilangan hewan peliharaan – angkanya 25
24 . Menerima kelahiran adik baru – angkanya 39
25 . Mengalami kesulitan saat di sekolah – angkanya 39
26 . Meninggalnya orang tua – angkanya 100
27 . Meninggalnya salah seorang famili terdekat– angkanya 63
28 . Menjadi anak yang berprestasi – angkanya 28
29 . Orang tua bepergian untuk bagian dari dinas – angkanya 63
30 . Orang tua di PHK – angkanya 47
31 . Orang tua kawin lagi – angkanya 50
32 . Orang tua rujuk – angkanya 45
33 . Orangtua bercerai - angkanya 73
34 . Orangtua berpisah – angkanya 65
35 . Perginya Abang dan Kakak Perempuan dari rumah – angkanya 29
36 . Perubahan peringkat prestasi antarsaudara – angkanya 35
37 . Pindah dari suatu kota ke kota lain --- angkanya 26
38 . Pindah dari suatu tempat ke tempat lain – angkanya 26
39 . Pindah ke rumah baru – angkanya 20
40 . Pindah ke sekolah baru –angkanya 20
41 . Saat merayakan hari ulang tahun – angkanya 13
42 . Sahabat dekat menderita sakit – angkanya 37
43 . Sekolah baru atau guru baru –angkanya 39
44 . Teman baru – angkanya 19
Jika skor angkanya di bawah 150, maka itu bentuk stres yang masih mampu dihadapi anak sendiri. Jika skor antara 150 hingga 300 anak mulai memperlihatkan gejala-gejala stres. Namun apabila skor di atas angka 300 maka anak akan lelah yang memicu timbulnya masalah perilaku dan kesehatan ( This stress test for children is adapted from “The Hurried Child: Growing Up too Fast too Soon”, by David Elkind, Adapted by Stanley Wonderly).
Kasus 1
Romeo, usia 7 tahun, peserta didik kelas 1 di SD Harapan. Berdasarkan catatan guru kelas, Romeo sangat pendiam, jarang berbicara. Ingusnya tidak pernah kering. Dia suka bermain sendiri di halaman sekolah. Semua tugas yang diberikan guru kepadanya tidak pernah dikerjakan. Apa yang harus dilakukan pihak sekolah kepada Romeo?
Pendekatan Prioritas Apa yang Patut Dilakukan?
Penanganan
1. Pendekatan secara empati kepada siswa yang bersangkutan
2. Mewawancarai teman dekatnya
3. Mewawancarai orangtua, kakak, adik dan tetangga
4. Menentukan indikator strees yang diperoleh
5. Di atas 150 , guru mendampingi Rama dalam pembelajaran dan keseharian di sekolah
6. Bimbingan Kelompok dengan play therapy
Kasus 2
Hery, usia 11 tahun, peserta didik kelas 5 di SD Harapan. Berdasarkan pengamatan guru kelas, Hery mengalami masalah belajar hampir di semua mata pelajaran pada semester 1. Perubahan perilaku yang tampak adalah antusias terhadap pelajaran semakin rendah, beberapa kali terlibat perkelahian dengan teman sekelas maupun kelas lain. Penampilan sehari-hari juga kurang tertib dengan berpakaian tidak rapi, cuek, berbicara kasar dan jorok, dan beberapa kali terlambat datang ke sekolah. Apa yang dapat dilakukan sekolah kepada Hery?
Penanganan
1. Guru mendekati (empati) terhadap Hery
2. Guru Kelas 5 mencari data guru kelas 4 tentang Hery
3. Mencari data langsung pada Roby dan teman dekat Hery
4. Home visit
5. Sambil melihat lingkungan
6. Menemukan poin-poin stres
7.Memberikan solusi (ciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan)
8.Pemdampingan secara hati-hati
Kasus 3
Livina, usia 10 tahun, peserta didik kelas 4 di SD Harapan. Berdasarkan pengamatan guru kelas, prestasi belajar Livina di semua mata pelajaran semester 1 di bawah rata-rata, tetapi dia sangat mahir melukis. Sayang sekali di sekolah merdeka tidak ada kegiatan ekstrakurikuler melukis, juga tidak ada guru yang mendampinginya melukis. Supaya kemampuan yang dimiliki Livina tidak hilang tindakan apa yang bisa dilakukan sekolah padanya?
Penanganan
1. Pendekatan empati pada Lintang
2. Pendekatan pada ortu Lintang tentang situasi di rumah
3. Mengajak Lintang untuk menampilkan karyanya
4. Memberikan motivasi hasil karyanya & juga punya tanggungjawab akademik
5. Memberikan pemahaman kepada ortu, bahwa prestasi non akademik juga penting
6. Sekolah menyelenggarak eskul melukis
7. Ortu dianjurkan utk menyalurkan bakat anaknya dengan mengikuti lomba melukis.
Cara-Cara Pendekatan Yang Harus Dilakukan Terhadap anak yang membutuhkan perhatian:
1. Diskusi
2. Dialog
3. Home Visit
4. Anecdotal Record (Lihat contoh)
Contoh Format Anekdotal Rekord
5. Membuat Program Pelibatan Ortu dan Spesialisasi (Children Care Giver)
6. Program Pemulihan (pemetaan kompetensi dan minat/bakat)
7. Pendampingan Akademik (membacakan buku, tutoring, remedial)
8. Supervisi Keberlanjutan
Bidang Layanan Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Bimbingan Pribadi
pemberian pelayanan individual kepada peserta didik terkait latar sosial , budaya, kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, agama, tradisi/adat, merealisasikan keputusan terhadap kondisi peserta didik.
2. Bimbingan Sosial
memberikan wadah bersosialisasi kepada peserta didik untuk bersosialiasi dengan lingkungannya , melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berkomunikasi kepada teman sebaya, teman sekelas, dan warga sekolah.
3. Bimbingan Belajar
mengenali potensi diri peserta didik untuk mau dan siap belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil berkomunikasi, membaca, mendengar aktif, membaca, menulis, berhitung, memperhitungkan kemampuan, dan memahami merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal.
Komponen Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Layanan Dasar
Bantuan kepada seluruh peserta didik menyiapkan diri melalui latar sosial, budaya masing-masing.
2. Layanan Bakat Dan Minat Khusus
Mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik di berbagai bidang.
Layanan Responsif
Bantuan kepada peserta didik yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan edukatif-psikis.
3. Layanan Dukungan Sistem
Menyiapkan layanan terpadu dengan Puskesmas, Psikolog, rumah sakit terdekat sesuai dengan kondisi peserta didik.
Kegiatan Layanan Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Di Dalam Kelas
a. Diberikan kepada peserta didik yang bermasalah.
b. Diberikan kepada seluruh peserta didik.
c. Terintegrasi dalam pembelajaran.
2. Di Luar Kelas
a. Bimbingan individual
b. Bimbingan kelompok
c. Bimbingan kelas besar atau lintas kelas
d. Konsultasi
e. Konferensi kasus
f. Kunjungan rumah
g. Alih tangan kasus
h. Advokasi
i. Kolaborasi
j. Pengelolaan media informasi
k. Pengelolaan kotak masalah
Tugas Guru dalam Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Mengarahkan
2. Mengendalikan
3. Mendampingi
4. Memotivasi
5. Menampilkan diri sebagai model
6. Menghubungkan
7. Fasilitasi
“The succesful teacher is the one whose their main interest is the children not the subject”
“Guru yang sukses adalah guru yang fokus utamanya pada peserta didik, bukan pada mata pelajaran”
Sir Walter Raleigh
“Anak bagaikan buku Ia butuh diperhatikan, dibaca, dipahami, didalami, dan ditindaklanjuti"
Sumber https://www.anekapendidikan.com/
Anak yang nakal, malas, susah diatur, susah diberitahu, tidak menurut, pemarah, pengganggu, cari perhatian, pemurung, pendiam, usil, suka melawan, Kita tidak boleh serta merta membenci mereka akan tetapi harus menyayangi mereka karena sebenarnya mereka adalah anak anak yang bermasalah, sehingga kita sebagai orang dewasa harusnya bisa mendekati dan mencari tahu mengapa mereka bertingkah seperti itu. Selanjutnya baru kita bisa mencari solusi/membantu mereka keluar dari masalah mereka.
Menurut David Elkind kehidupan anak-anak setiap hari dipenuhi akan stres (tekanan, ketegangan) yang harus diketahui oleh guru dan orang tua. Mulai dari stres ringan hingga stres berat yang mengkhawatirkan.
Rentang stres digambarkan Elkind lewat “Stress Test for Children Key” yang memuat 44 jenis stres dengan skoring nilai dalam angka yang harus dipahami oleh guru dan orang tua agar dapat diberikan pelayanan pendampingan atau pemulihan.
Tingkat stres yang dialami seorang anak antara lain:
1 . Ancaman dan kekerasan di sekolah – angkanya 31
2 . Bergantinya tanggung jawab di rumah --- angka 29
3 . Bermasalah dengan guru – angkanya 24
4 . Bermasalah dengan Kakek Nenek – angkanya 29
5 . Berubahnya anggota keluarga --- angkanya 15
6 . Berubahnya Jam tidur – angkanya 16
7 . Berubahnya siaran teve yang biasa ditonton – angkanya 13
8 . Berubahnya waktu makan – angkanya 15
9 . Dihukum karena bicara bohong --- angkanya 11
10 . Diubahnya kebiasaan bermain – angkanya 19
11 . Diubahnya waktu di penitipan/bersama pengasuh – angkanya 20
12 . Ibu hamil – angkanya 40
13 . Ibu pergi bekerja – angkanya 47
14 . Kebiasaan yang diubah – angkanya 24
15 . Keluarga sakit – angkanya 44
16 . Kemalingan barang pribadi --- angkanya 30
17 . Kondisi keuangan keluarga bermasalah – angkanya 38
18 . Liburan bersama keluarga – angkanya 19
19 . Liburan/ berkemah --- angkanya 17
20 . Memulai suatu kegiatan baru atau kegiatan diubah – angkanya 36
21 . Menderita sakit – angkanya 53
22 . Menekan anak untuk berprestasi secara tak patut – angkanya 63
23 . Menerima atau kehilangan hewan peliharaan – angkanya 25
24 . Menerima kelahiran adik baru – angkanya 39
25 . Mengalami kesulitan saat di sekolah – angkanya 39
26 . Meninggalnya orang tua – angkanya 100
27 . Meninggalnya salah seorang famili terdekat– angkanya 63
28 . Menjadi anak yang berprestasi – angkanya 28
29 . Orang tua bepergian untuk bagian dari dinas – angkanya 63
30 . Orang tua di PHK – angkanya 47
31 . Orang tua kawin lagi – angkanya 50
32 . Orang tua rujuk – angkanya 45
33 . Orangtua bercerai - angkanya 73
34 . Orangtua berpisah – angkanya 65
35 . Perginya Abang dan Kakak Perempuan dari rumah – angkanya 29
36 . Perubahan peringkat prestasi antarsaudara – angkanya 35
37 . Pindah dari suatu kota ke kota lain --- angkanya 26
38 . Pindah dari suatu tempat ke tempat lain – angkanya 26
39 . Pindah ke rumah baru – angkanya 20
40 . Pindah ke sekolah baru –angkanya 20
41 . Saat merayakan hari ulang tahun – angkanya 13
42 . Sahabat dekat menderita sakit – angkanya 37
43 . Sekolah baru atau guru baru –angkanya 39
44 . Teman baru – angkanya 19
Jika skor angkanya di bawah 150, maka itu bentuk stres yang masih mampu dihadapi anak sendiri. Jika skor antara 150 hingga 300 anak mulai memperlihatkan gejala-gejala stres. Namun apabila skor di atas angka 300 maka anak akan lelah yang memicu timbulnya masalah perilaku dan kesehatan ( This stress test for children is adapted from “The Hurried Child: Growing Up too Fast too Soon”, by David Elkind, Adapted by Stanley Wonderly).
Kasus 1
Romeo, usia 7 tahun, peserta didik kelas 1 di SD Harapan. Berdasarkan catatan guru kelas, Romeo sangat pendiam, jarang berbicara. Ingusnya tidak pernah kering. Dia suka bermain sendiri di halaman sekolah. Semua tugas yang diberikan guru kepadanya tidak pernah dikerjakan. Apa yang harus dilakukan pihak sekolah kepada Romeo?
Pendekatan Prioritas Apa yang Patut Dilakukan?
Penanganan
1. Pendekatan secara empati kepada siswa yang bersangkutan
2. Mewawancarai teman dekatnya
3. Mewawancarai orangtua, kakak, adik dan tetangga
4. Menentukan indikator strees yang diperoleh
5. Di atas 150 , guru mendampingi Rama dalam pembelajaran dan keseharian di sekolah
6. Bimbingan Kelompok dengan play therapy
Kasus 2
Hery, usia 11 tahun, peserta didik kelas 5 di SD Harapan. Berdasarkan pengamatan guru kelas, Hery mengalami masalah belajar hampir di semua mata pelajaran pada semester 1. Perubahan perilaku yang tampak adalah antusias terhadap pelajaran semakin rendah, beberapa kali terlibat perkelahian dengan teman sekelas maupun kelas lain. Penampilan sehari-hari juga kurang tertib dengan berpakaian tidak rapi, cuek, berbicara kasar dan jorok, dan beberapa kali terlambat datang ke sekolah. Apa yang dapat dilakukan sekolah kepada Hery?
Penanganan
1. Guru mendekati (empati) terhadap Hery
2. Guru Kelas 5 mencari data guru kelas 4 tentang Hery
3. Mencari data langsung pada Roby dan teman dekat Hery
4. Home visit
5. Sambil melihat lingkungan
6. Menemukan poin-poin stres
7.Memberikan solusi (ciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan)
8.Pemdampingan secara hati-hati
Kasus 3
Livina, usia 10 tahun, peserta didik kelas 4 di SD Harapan. Berdasarkan pengamatan guru kelas, prestasi belajar Livina di semua mata pelajaran semester 1 di bawah rata-rata, tetapi dia sangat mahir melukis. Sayang sekali di sekolah merdeka tidak ada kegiatan ekstrakurikuler melukis, juga tidak ada guru yang mendampinginya melukis. Supaya kemampuan yang dimiliki Livina tidak hilang tindakan apa yang bisa dilakukan sekolah padanya?
Penanganan
1. Pendekatan empati pada Lintang
2. Pendekatan pada ortu Lintang tentang situasi di rumah
3. Mengajak Lintang untuk menampilkan karyanya
4. Memberikan motivasi hasil karyanya & juga punya tanggungjawab akademik
5. Memberikan pemahaman kepada ortu, bahwa prestasi non akademik juga penting
6. Sekolah menyelenggarak eskul melukis
7. Ortu dianjurkan utk menyalurkan bakat anaknya dengan mengikuti lomba melukis.
Cara-Cara Pendekatan Yang Harus Dilakukan Terhadap anak yang membutuhkan perhatian:
1. Diskusi
2. Dialog
3. Home Visit
4. Anecdotal Record (Lihat contoh)
Contoh Format Anekdotal Rekord
5. Membuat Program Pelibatan Ortu dan Spesialisasi (Children Care Giver)
6. Program Pemulihan (pemetaan kompetensi dan minat/bakat)
7. Pendampingan Akademik (membacakan buku, tutoring, remedial)
8. Supervisi Keberlanjutan
Bidang Layanan Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Bimbingan Pribadi
pemberian pelayanan individual kepada peserta didik terkait latar sosial , budaya, kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, agama, tradisi/adat, merealisasikan keputusan terhadap kondisi peserta didik.
2. Bimbingan Sosial
memberikan wadah bersosialisasi kepada peserta didik untuk bersosialiasi dengan lingkungannya , melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berkomunikasi kepada teman sebaya, teman sekelas, dan warga sekolah.
3. Bimbingan Belajar
mengenali potensi diri peserta didik untuk mau dan siap belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil berkomunikasi, membaca, mendengar aktif, membaca, menulis, berhitung, memperhitungkan kemampuan, dan memahami merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal.
Komponen Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Layanan Dasar
Bantuan kepada seluruh peserta didik menyiapkan diri melalui latar sosial, budaya masing-masing.
2. Layanan Bakat Dan Minat Khusus
Mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik di berbagai bidang.
Layanan Responsif
Bantuan kepada peserta didik yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan edukatif-psikis.
3. Layanan Dukungan Sistem
Menyiapkan layanan terpadu dengan Puskesmas, Psikolog, rumah sakit terdekat sesuai dengan kondisi peserta didik.
Kegiatan Layanan Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Di Dalam Kelas
a. Diberikan kepada peserta didik yang bermasalah.
b. Diberikan kepada seluruh peserta didik.
c. Terintegrasi dalam pembelajaran.
2. Di Luar Kelas
a. Bimbingan individual
b. Bimbingan kelompok
c. Bimbingan kelas besar atau lintas kelas
d. Konsultasi
e. Konferensi kasus
f. Kunjungan rumah
g. Alih tangan kasus
h. Advokasi
i. Kolaborasi
j. Pengelolaan media informasi
k. Pengelolaan kotak masalah
Tugas Guru dalam Bimbingan Psiko-Edukatif
1. Mengarahkan
2. Mengendalikan
3. Mendampingi
4. Memotivasi
5. Menampilkan diri sebagai model
6. Menghubungkan
7. Fasilitasi
“The succesful teacher is the one whose their main interest is the children not the subject”
“Guru yang sukses adalah guru yang fokus utamanya pada peserta didik, bukan pada mata pelajaran”
Sir Walter Raleigh
“Anak bagaikan buku Ia butuh diperhatikan, dibaca, dipahami, didalami, dan ditindaklanjuti"
Sumber https://www.anekapendidikan.com/
Post a Comment for "Stress Test for Children Key Bantulah Mereka"