Sejarah Singkat Lahirnya PGRI dan Arti Lambang PGRI | PGRI ialah organisasi yang menaungi seluruh guru di Indonesia dengan catatan sejarah sangat panjang. Baik guru PNS ataupun honorer, guru di sekolah negeri ataupun swasta semuanya ialah anggota PGRI. Seluruh guru di Indonesia pastinya sudah mengetahui wacana hal ini. Namun tahukah anda bagaimana sejarah berdirinya PGRI? Sebagai guru, meskipun tidak wajib tapi layaknya kita tahu wacana sejarah berdirinya PGRI, sehingga dalam menjalankan profesi sebagai guru akan lebih menjiwai.
PGRI sebagai organisasi keprofesian lahir sebab adanya semangat kebangsaan dari para guru dimasa lalu. Kita tahu bahwa semua organisasi lokal sebelum kemerdekaan lahir atas dasar semangat kebangsaan. Pun demikian dengan PGRI. Cikal bakal lahirnya PGRI ialah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang berdiri tahun 1912. Oragnisasi ini menaungi seluruh guru pribumi dikala itu.
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
PGHB membawa misi memperjuangkan nasib para guru dengan banyak sekali perbedaan pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan. Selain PGHB juga ada organisasi keguruan lainnya yaitu Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang ebrcorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya ibarat Christelijke Onderwijs Vereneiging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneiging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Organisai-oraganisasi guru pribumi yang didirikan atas dasar semangat kebangsaan, kebersamaan dan kemandirian mendorong guru-guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Dari semangat kebangsaan yang terus didengungkan tersebut maka bertahap membuahkan hasil. Diantaranya ialah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Semangat usaha ini makin berkobar dan memuncak hingga pada kesadaran dan keinginan kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi usaha nasional dengan teriak “Merdeka”.
Wujud dari semangat mencapai kemerdekaan, maka pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Jelas, perubahan ini sangat mengejutkan pemerintah Belanda kala itu, sebab kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Persatuan Guru Indonesia (PGI) sempat mengalami kevakuman sebab pada jaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak sanggup lagi melaksanakan aktivitas.
Fase berikutnya ialah fase kebangkitan kembali semangat usaha para guru. Proklamasi 17 Agustus 1945 aben semangat para guru untuk memperjuangkan hak-haknya. Maka pada tanggal 24-25 November 1945 diselenggarakan Konggres Guru Indonesia di Surakarta. Melalui konggres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, setuju dihapuskan.
Mereka ialah –guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang gres dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam konggres inilah, pada tanggal 25 November 1945—seratus hari sehabis proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia—Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah busuk mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1. Mempertahankan dan meyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak konggres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu didalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad usaha dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam memeprtahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indoensia dengan keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Nah itulah sejarah singkat lahirnya PGRI yang didasari dengan semangat kebangsaan dan usaha untuk mencapai kemerdekaan. Guru, ketika ini menjadi garda terdepan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangannya para guru tidak pernah padam untuk terus meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia.
Bentuk
Cakra / lingkaran, melambangkan : keinginan luhur dan daya upaya menunaikan dedikasi yang terus-menerus.
Lukisan, Corak dan Warna
PGRI sebagai organisasi keprofesian lahir sebab adanya semangat kebangsaan dari para guru dimasa lalu. Kita tahu bahwa semua organisasi lokal sebelum kemerdekaan lahir atas dasar semangat kebangsaan. Pun demikian dengan PGRI. Cikal bakal lahirnya PGRI ialah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang berdiri tahun 1912. Oragnisasi ini menaungi seluruh guru pribumi dikala itu.
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
PGHB membawa misi memperjuangkan nasib para guru dengan banyak sekali perbedaan pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan. Selain PGHB juga ada organisasi keguruan lainnya yaitu Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachttsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping organisasi guru yang ebrcorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya ibarat Christelijke Onderwijs Vereneiging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneiging Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Organisai-oraganisasi guru pribumi yang didirikan atas dasar semangat kebangsaan, kebersamaan dan kemandirian mendorong guru-guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Dari semangat kebangsaan yang terus didengungkan tersebut maka bertahap membuahkan hasil. Diantaranya ialah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Semangat usaha ini makin berkobar dan memuncak hingga pada kesadaran dan keinginan kemerdekaan. Perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi usaha nasional dengan teriak “Merdeka”.
Wujud dari semangat mencapai kemerdekaan, maka pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Jelas, perubahan ini sangat mengejutkan pemerintah Belanda kala itu, sebab kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Persatuan Guru Indonesia (PGI) sempat mengalami kevakuman sebab pada jaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak sanggup lagi melaksanakan aktivitas.
Fase berikutnya ialah fase kebangkitan kembali semangat usaha para guru. Proklamasi 17 Agustus 1945 aben semangat para guru untuk memperjuangkan hak-haknya. Maka pada tanggal 24-25 November 1945 diselenggarakan Konggres Guru Indonesia di Surakarta. Melalui konggres ini segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, setuju dihapuskan.
Mereka ialah –guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang gres dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam konggres inilah, pada tanggal 25 November 1945—seratus hari sehabis proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia—Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah busuk mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1. Mempertahankan dan meyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak konggres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu didalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad usaha dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam memeprtahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indoensia dengan keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Nah itulah sejarah singkat lahirnya PGRI yang didasari dengan semangat kebangsaan dan usaha untuk mencapai kemerdekaan. Guru, ketika ini menjadi garda terdepan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangannya para guru tidak pernah padam untuk terus meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia.
ARTI LAMBANG PGRI
Selain tahu sejarang lahirnya PGRI, guru juga sangat dianjurkan untuk tahu arti dari lambang PGRI. Tentau saja tujuannya bukan hanya tahu secara teori, tapi lambang PGRI yang penuh dengan makna filosofi tersebut sanggup dijalankan oleh setiap guru di seluruh Indonesia.Bentuk
Cakra / lingkaran, melambangkan : keinginan luhur dan daya upaya menunaikan dedikasi yang terus-menerus.
Lukisan, Corak dan Warna
- Bidang potongan pinggir bundar berwarna merah, melambangkan : dedikasi yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat.
- Warna putih dengan goresan pena “Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)”, melambangkan: dedikasi yang dilandasi kesucian dan cinta kasih.
- Paduan warna pinggir merah putih,melambangkan : dedikasi terhadap Negara, Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
- Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning dengan nyala 5 sinar api warna merah, melambangkan :
- Suluh dengan garis 4 garis tegak dan datar kuning berarti fungsi guru (Prasekolah, SD, SL, dan Perguruan Tinggi) dengan hakikat kiprah dedikasi sebagai pendidik yang besar dan luhur.
- Nyala api dengan warna merah :
Arti Teknis : target budi, cipta, rasa, karsa, dan karya generasi - Empat buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan 2 tegak (simetris) dengan warna corak putih, melambangkan : sumber ilmu yang menyangkut nilai-nilai moral, pengetahuan, ketrampilan, dan adat bagi tingkatan lembaga-lembaga pendidikan, prasekolah, dasar, menengah, dan tinggi.
- Warna dasar tengah hijau, melambangkan: kemakmuran generasi.
Post a Comment for "Sejarah Singkat Lahirnya Pgri Dan Arti Lambang Pgri"