Untuk mencegah agar terhindar dari celaka jatuh perlu mengupayakan slametan. Caranya adalah membuat tumpeng, dang-dangan beras atau meliwet/memasak beras dengan cara di-dang (dengan kukusan). Banyaknya beras yang di-dang adalah sapitrah atau 3,5 kg. Lauknya adalah daging ayam putih blorok kemanggang, dimasak pecel. Selain itu, selama 7 hari yang bersangkutan tidak boleh memanjat pohon dan bangunan.
Penggambaran Wuku Kurantil, Kulantir menurut keterangan gambar adalah sebagai berikut:
- Kuranthil (kiri) menghadap Batara Langsur yang membawa umbul-umbul.
- Bokor air ada di sebelah kirinya.
- Rumah gedong di depan dalam keadaan ngglimpang.
- Burung Slindhitan hinggap di atas pohon ingas yang menaunginya.
Ciri-ciri, keberuntungannya, Perwatakan dan sikap Wuku Kurantil, Kulantir menurut primbon jawa adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Langsur yaitu:
- Dewa yang menaungi wuku Wukir adalah Batara Langsur.
- Kelebihannya: teguh pendiriannya, rajin bekerja, mudah disenangi orang termasuk juga atasannya.
- Kekurangannya: pemarah, pemboros (sehingga mudah celaka karena sifat borosnya), jika menjadi pemimpin tidak dapat melindungi bawahannya dan tidak dapat memberi pengarahan yang baik.
- Kayunya adalah kayu ingas, wataknya walaupun gampang panas tetapi sabar.
- Burungnya adalah burung Slindhitan, wataknya ubed, ringan tangan, tidak mau menganggur
- Lambang wuku Wukir adalah anggara kasih nuju wogan, tidak langgeng budinya atau kurang stabil dalam menyikapi hidup dan kehidupannya.
- Gedhongnya di depan artinya pradah dan tidak bisa menyimpan harta-bendanya.
- Air yang ditempatkan di sebelah kiri, artinya budinya selingkuh, ada hal-hal yang disembunyikan.
- Memanggul umbul-umbul artinya mempunyai kamulyan.
- Datangnya bahaya : karena jatuh
- Hari naas : tidak jelas
- Hari baik : Sabtu Wage
Post a Comment for "Wuku Kurantil, Kulantir - Batara Langsur"